Kamis, 09 Juni 2011

C. Anggota Kelas-kelas Vertebrata
1. Kelas Pisces
a. Ikan Lele

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Ikan lele (Clarias sp.)
Clarias batrachus (Linnaeus, 1758). Lele kampung. Menyebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.
Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang kadang-kadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya.
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.
Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan.
b. Ikan Mas Sinyonya

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
(Linnaeus, 1758)
Secara morfologis, ikan karper (ikan mas) mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.
Ikan Mas Sinyonya atau Putri Yogya. Tidak diketahui pasti asal-usul nama ikan jenis ini. Beberapa orang menyebutkan, ikan mas ini mudah sekali bertelur sehingga disebut sinyonya. Bentuk tubuhnya memanjang (long bodied form) dan punggungnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan mas punten. Perbandingan antara panjang dan tinggi badannya sekitar 3,66:1.
Sisiknya berwarna kuning muda seperti warna kulit jeruk sitrus. Mata ikan yang masih muda agak menonjol, kemudian berubah menjadi sipit ketika ikan sudah mulai tua. Sifat ikan mas sinyonya lebih jinak dibandingkan dengan ikan ras punten. Ikan mas sinyonya memiliki kebiasaan berkumpul di permukaan air.
Fekunditas atau jumlah telur ikan mas sinyonya 85.000—125.000 dan diameternya 0,3—1,5 mm. Induk ikan mas sinyonya jantan akan matang kelamin pertama pada umur 8 bulan, sedangkan yang betina pada umur 18 bulan. Ikan mas ini tahan terhadap parasit Myxosporea. Kisaran toleransi pH-nya 5,5—8,5.
c. Bandeng

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Gonorynchiformes
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
(Forsskål, 1775)

Bandeng (Chanos chanos Forsskål) adalah ikan pangan populer di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (bersama enam genus tambahan dilaporkan pernah ada namun sudah punah). Dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu, dan dalam bahasa Inggris milkfish).

Mereka hidup di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan cenderung berkawanan di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan terumbu koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut selama 2–3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau berair payau, dan kadangkala danau-danau berair asin. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak.

Ikan muda (disebut nener [ IPA: nənər ]) dikumpulkan orang dari sungai-sungai dan dibesarkan di tambak-tambak. Di sana mereka bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan cepat. Setelah cukup besar (biasanya sekitar 25-30 cm) bandeng dijual segar atau beku. Bandeng diolah dengan cara digoreng, dibakar, dikukus, dipindang, atau diasap.

d. Ikan tenggiri
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Scomberomorus
Spesies : Scomberomorus guttatus
(Bloch & Schneider, 1801).

Ikan tenggiri bertubuh memanjang, memipih lumayan kuat pada sisi-sisinya, telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas). Moncong meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di rahang atas dan bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada sisa kepala bagian belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan XIII - XXII jari-jari keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip kecil tambahan (finlet).

Tenggiri merupakan ikan pelagis yang kerap berenang menggerombol dalam kelompok kecil, tidak jauh dari pantai.

e. Tangkur kuda
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Syngnathiformes
Famili : Syngnathidae
Genus : Hippocampus
Spesies : Hippocampus kuda

Kuda laut adalah jenis ikan yang hidup di laut dari genus Hippocampus dan famili Syngnathidae. Hewan dengan ukuran yang bervariasi antara 16 mm (untuk spesies Hippocampus denise) sampai 35 cm ini dapat ditemukan di perairan tropis dan menengah di seluruh dunia. Kuda laut merupakan satu-satunya spesies yang jantannya dapat hamil.

Sirip dorsal pada kuda laut terletak pada bagian bawah sedangkan sirip pektoralnya terletak pada bagian kepala, di dekat insang. Beberapa spesies kuda laut berwarna transparan sebagian, sehingga tidak mudah terlihat.

Populasi kuda laut terancam karena penangkapan yang berlebihan. Kuda laut dimanfaatkan pada herbologi tradisional Tiongkok dan sebanyak 20 juta kuda laut telah ditangkap setiap tahunnya untuk keperluan ini. Impor ekspor kuda laut diatur dalam CITES sejak 15 Mei 2004.




f. Gurameh

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus goramy
(Lacépède, 1801)








Ikan yang lebar dan pipih. Panjang tubuh (SL, standard length) 2,0-2,1 kali tinggi tubuh; panjang tubuh total (dengan sirip ekor) bisa mencapai 1.000 mm. Sirip perut dengan jari-jari pertama yang pendek berupa duri dan jari-jari kedua yang lentur panjang serupa cambuk. Rumus sirip punggung (dorsal) XI-XIV (jari-jari keras atau duri) dan 12-14 (jari-jari lunak); sementara sirip dubur (anal) X-XI dan 20-23.
Ikan yang muda memiliki moncong yang meruncing, dengan 8-10 pita melintang (belang) di tubuhnya. Jika beranjak dewasa warna-warna ini memudar, dan kepala ikan akan membengkak secara tidak teratur.
Gurami semula menyebar di pulau-pulau Sunda Besar (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan), namun kini telah dipelihara sebagai ikan konsumsi di pelbagai negara di Asia (terutama Asia Tenggara dan Asia Selatan) serta di Australia.
Di alam, gurami hidup di sungai-sungai, rawa dan kolam, termasuk pula di air payau; namun paling menyukai kolam-kolam dangkal dengan banyak tumbuhan. Sesekali ikan ini muncul ke permukaan untuk bernafas langsung dari udara.
Induk gurami, untuk beberapa waktu lamanya, menjaga dan memelihara anak-anaknya. Telurnya dilekatkan di tetumbuhan air atau ditaruh di sarang yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Gurami terutama adalah pemakan tumbuhan, namun mau juga memangsa serangga, ikan lain, dan juga barang-barang yang membusuk di air. Dari sifatnya yang rakus tumbuhan itu, gurami juga dimanfaatkan sebagai pengendali gulma di kolam-kolam.

g. Ikan kerapu

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus merra







Kerapu adalah nama ikan dari sejumlah genus dalam subfamili Epinephelinae dari familia Serranidae di urutan Perciformes.
Dalam bahasa Inggris, "kerapu" disebut grouper, yang dipercaya berasal dari nama garoupa, yang diperkirakan dari bahasa Portugis. Ada yang mengatakan bahwa nama Portugis ini berasal dari salah satu bahasa asli Amerika Selatan.


h. Ikan layur

Kingdom
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Ordo : Perciformes
Famili : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : Trichiurus lepturus
(Linnaeus, 1758)








Layur (Trichiurus lepturus) merupakan ikan laut yang mudah dikenal dari bentuknya yang panjang dan ramping. Ikan ini tersebar di banyak perairan dunia. Jenis yang ditemukan di Pasifik dan Atlantik merupakan populasi yang berbeda.
Ukuran tubuhnya dapat mencapai panjang 2m, dengan berat maksimum tercatat 5kg dan usia dapat mencapai 15 tahun. Kegemarannya pada siang hari berkeliaran di perairan dangkal dekat pantai yang kaya plankton krustasea. Pada waktu malam ikan ini mendekat ke dasar perairan.
Layur mudah dijumpai di tempat penjualan ikan di Indonesia. Ia juga menjadi ikan umpan. Orang Jepang menyebutnya tachiuo dan memakannya mentah (sebagai sashimi) atau dibakar. Orang Korea menyebutnya galchi dan mengolahnya dengan digoreng atau dibakar. Ikan ini disukai karena dagingnya yang kenyal, tidak terlalu amis, tidak berminyak, serta mudah dilepas tulangnya.


i. Ikan tongkol

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Thunnus
Spesies : Euthynnus alletteratus
(Rafinesque, 1810).


Tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa spesies dari famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan ini adalah perenang handal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging tuna berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya.
Tuna memiliki bentuk tubuh yang sedikit banyak mirip dengan torpedo, disebut fusiform, sedikit memipih di sisi-sisinya dan dengan moncong meruncing. Sirip punggung (dorsal) dua berkas, sirip punggung pertama berukuran relatif kecil dan terpisah dari sirip punggung kedua. Di belakang sirip punggung dan sirip dubur (anal) terdapat sederetan sirip-sirip kecil tambahan yang disebut finlet. Sirip ekor bercabang dalam (bercagak) dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Di kedua sisi batang ekor masing-masing terdapat dua lunas samping berukuran kecil; yang pada beberapa spesiesnya mengapit satu lunas samping yang lebih besar. Tubuh kebanyakan dengan wilayah barut badan (corselet), yakni bagian di belakang kepala dan di sekitar sirip dada yang ditutupi oleh sisik-sisik yang tebal dan agak besar. Bagian tubuh sisanya bersisik kecil atau tanpa sisik. Tulang-tulang belakang (vertebrae) antara 31–66 buah.
Anggota marga lain dari suku Scombridae yang juga digolongkan sebagai tuna: Euthynnus alletteratus (Rafinesque, 1810).

j. Kakap Batu

Klasifikasi






Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Lobotidae
Genus : Lobotes
Spesies : Lobotes surinamensis

Ikan kakap adalah ikan laut dasaran yang hidup secara berkelompok di dasar-dasar karang atau terumbu karang. Mempunya ciri tubuh yang bulat pipih dengan sirip memanjang sepanjang punggung. Jenis ikan kakap yang banyak ditemui di Indonesia adalah jenis Kakap merah (L. campechanus) beberapa jenis yang lain yang juga banyak di temui adalah Kakap kuning, Kakap hitam dan Kakap putih.

k. Ikan giru

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Amphiprion
Spesies : Amphiprion percula
Clownfish atau anemonefish adalah ikan dari subfamili Amphiprioninae di keluarga Pomacentridae. 28 spesies dikenali, satu di genus Premnas, sementara yang lainnya di genus Amphiprion. Di alam bebas mereka semua membentuk simbiosis mutualisme dengan bunga berbentuk bintang laut. Tergantung pada spesies, clownfish kuning keseluruhan, oranye, kemerah-merahan atau kehitam-hitaman, dan banyak pertunjukan palang putih atau patch. Terbesar dapat mencapai panjang 18 centimeter (7.1 inch), sementara sedikit sekali dapat mencapai 10 centimeter (3.9 inch).
Clownfish asli ke lebih perairan hangat di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, termasuk Great Barrier Reef dan Laut Merah. Clownfish tinggal di bawah laut di batu karang terlindung atau di laguna dangkal. tidak ada clownfish di lautan Atlantik.



l. Cucut biola

Kingdom
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Chondrichthyes
Subkelas : Elasmobranchii
Ordo : Rajiformes
Famili : Rhinobatidae
Genus : Rhinobatos
Spesies : Rhinobatos djiddensis

Cucut Biola (Rhinobatos djidensis) (Forek). Hidup di dasar laut lepas pantai, merupakan ikan buas. Makanannya ikan dan udang. Tersebar di lautan Indopasifik. Panjang dapat mencapai 300 cm.











2. Kelas Amphibia
a. Rana macrodon kuhl. Frog

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Rana macrodon



b. Rana jerboa(Gunth). Frog

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Rana jerboa











c. Rana kuhli schleg. Frog

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Rana kuhli


d. Rana cancrivora gravenh crab-eating. Frog

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Rana cancrivora
(Fejervarya cancrivora sebelumnya Rana cancrivora), adalah asli katak ke Asia tenggara termasuk Filipina dan lebih jarang sejauh barat Orissa di India. Ini mendiami rawa bakau dan rawa-rawa dan merupakan amfibi modern hanya diketahui yang dapat mentolerir air asin. Hal ini secara lokal disukai untuk kualitas makan dan sering dibudidayakan untuk kaki dimakan nya. Katak ini dapat mentoleransi lingkungan laut (perendaman dalam air laut untuk periode singkat atau air payau untuk waktu yang lama) dengan produksi urea meningkatkan dan retensi, dan dengan tetap sedikit hyperosmotic dalam urea dan natrium flux3, 4,5.

e. Rhacoporus leucomystax sexvirgata (Reinw). Tree-frog

klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Rhacophorus leucomystax

Habitat: Biasanya ditemukan pada ketinggian 3.086 meter 0 (0 sampai 10.125 kaki). Ekologi: Ini adalah oportunis yang sangat mudah beradaptasi dan komensal, terjadi dari vegetasi pantai melalui segala macam habitat manusia (seperti daerah pertanian, selokan, kolam buatan dan danau, taman, bahkan di rumah) dan habitat tepi alam untuk hutan primer tertutup. Hal ini tampaknya tergantung pada aktivitas manusia untuk menciptakan habitat yang cocok. Mungkin ada pemisahan antara sumbu habitat di antara spesies komponen di kompleks leucomystax.

f. Bufo biporctus graven
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Bufo biporcatus
g. Kodok Bangkong Besar (Bufo asper)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bufonidae
Genus : Bufo
Species : Bufo asper

Bangkong sungai adalah nama sejenis kodok dari suku Bufonidae. Nama ilmiahnya adalah Bufo asper Gravenhorst, 1829. Kodok ini juga dikenal dengan nama lain: kodok buduk sungai, kodok puru besar, atau kodok batu. Dalam bahasa Inggris disebut Java toad, river toad atau Malayan giant toad. Kodok buduk yang besar, tidak gendut dan agak ramping. Sering dengan bintil-bintil kasar dan benjol-benjol besar (asper, bahasa Latin = kasar, berduri). Jantan berukuran (dari moncong ke anus) 70-100 mm, betina 95-120 mm. Punggung berwarna coklat tua kusam, keabu-abuan atau kehitaman. Sisi bawah berbintik hitam. Jantan biasanya dengan kulit dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari kaki.
Bangkong yang sering ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas. Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan; kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi.
Tidak seperti bangkong kolong, bangkong sungai dapat melompat jauh dengan kakinya yang relatif panjang. Kodok ini sering berpura-pura mati apabila ditangkap. Bila dipegang dan diletakkan terlentang di atas tempat yang datar dan rata, kodok ini akan tetap tidak bergerak sampai beberapa saat; untuk kemudian tiba-tiba membalikkan badan dan melompat seketika bila situasi dirasanya sudah aman. Kodok jantan bersuara memanggil betina dari tepi sungai ketika bulan purnama. Bunyi: wok.. kak, berat dan berulang agak lambat.
Penyebaran
Bangkong sungai menyebar mulai dari Indochina di utara hingga ke Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Di Jawa tersebar hingga ke Pasuruan dan Malang di Jawa Timur. Di masa lalu, kulit bangkong yang dikeringkan kerap digunakan oleh pencuri Melayu. Asap yang dihasilkan dari kulit yang dibakar dipercaya dapat membius penghuni rumah agar tertidur nyenyak, sehingga pencurian dapat berjalan lancar (Taylor, 1962).
h. Katak Teratai (Rana erytrae)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Rana erythraea

Kongkang gading adalah nama sejenis kodok dari suku Ranidae. Nama ilmiahnya adalah Rana erythraea (Schlegel, 1837), yakni berasal dari nama sebuah kota kecil di Asia Tengah (Iskandar, 1998). Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan nama golden-lined frog, green paddy frog, green lotus frog atau common greenback.
Kodok yang ramping dan berwarna hijau zaitun, hijau lumut atau hijau muda di punggungnya. Sepasang lipatan dorsolateral yang jelas, besar, berwarna kuning gading dan kadang-kadang disertai dengan garis hitam, terdapat di kiri kanan punggung. Tangan dan kaki berwarna kuning coklat muda, dengan coreng-coreng terutama pada paha. Sisi bawah tubuh berwarna putih. Kulit licin dan halus. Kodok jantan sekitar 30-45 mm, dan yang betina 50-75 mm.
Tangan dengan ujung jari melebar serupa piringan yang meruncing, yang terbesar sekitar setengah diameter timpanum (gendang telinga). Piringan pada jari kaki lebih kecil. Selaput renang mencapai pangkal piringan di jari-jari kaki, kecuali pada jari keempat yang memiliki dua ruas bebas dari selaput. Terdapat sekurangnya satu bintil metatarsal di kaki, yakni di sisi dalam.
Kebiasaan dan Penyebaran
Berenang di kolam. Kongkang gading biasa ditemukan di kolam-kolam terbuka, tepi telaga, atau sawah; kadang-kadang didapati dalam kelompok agak besar. Lebih sering berada di air, kodok ini pada siang hari bersembunyi di antara vegetasi yang tumbuh di air yang dangkal atau di tepian. Dan malam harinya turun ke daratan di tepi air. Kerap berbunyi-bunyi di pagi hari, bunyinya seperti suara ceklikan: pik, … pik, pik, pik. Kodok ini menyebar luas mulai dari Indochina, Jawa sampai ke Filipina, dan kemungkinan juga sampai Sulawesi.













i. Katak Pohon Hijau (Rhacophorus reinwardti)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Rhacophoridae
Genus : Rhacophorus
Species : Rhacophorus reinwardti
Katak pohon berukuran kecil hingga sedang, sangat menarik, jinak, dan dapat dijadikan hewan peliharaan bahkan di ekspor. Tuuh berwarna hijau, tangan dan kaki berwarna kuning atau oranye. Jari tangan dan jari kaki berselaput sepenuhnya sampai ke piringan, berwarna hiran atau kadang-kadang biru tua.
Habitatnya biasanya dijumpai di hutan primer, sekarang dapat pula di jumpai di hutan sekunder, ataupun hutan-hutan buatan yang kelembabanya cukup tinggi dan terdapat genangan air, yang bsa digunakan untuk berkembang biak. Penyebarannya endemik di Jawa dapat ditemukan di bantaran sungai Ciliwung, sekitar Condet.
Keterangan: Sebuah katak kecil dan menengah dengan panjang, anggota belakang berotot dan moncong meruncing panjang. Jari-jari kaki sekitar setengah berselaput, dengan kaki terpanjang (keempat) bebas dari anyaman dekat ujung. Ujung jari kaki dan jari diperluas sedikit dan bulat. Gendang telinga menonjol. Kulit halus, meskipun ada punggung bukit, rendah lebar di setiap sisi belakang. Spesies ini cerah sampai hijau tua di bagian atas kepala, di belakang, dan sepanjang sisi. Ada garis kuning lebar dari belakang mata ke ujung tubuh di setiap sisi. Bibir atas berwarna putih dan bergabung dengan menjalankan garis putih di atas lubang lengan dan sepanjang bagian bawah samping. Permukaan atas tangan dan kakinya coklat muda dengan tanda gelap halus. bawah adalah mutiara putih, kadang-kadang dengan bintik-bintik gelap sedikit menuju tepi luar.
Jantan : 32 - 45 mm
Betina :48-75 mm
Kecebong : Tubuh oval dan ekor agak panjang dan runcing dekat ujung ke ujung yang sempit. Tubuh dan ekor berwarna hijau atau coklat dengan bercak gelap. Kebiasaan dan habitat: Ini adalah katak habitat air tawar terganggu seperti saluran irigasi dan, terutama, membanjiri sawah. Mereka sangat waspada dan sulit untuk mendekati mereka bahkan di malam hari. Pria tidak membentuk menyebut kelompok seperti itu, tetapi mungkin terlokalisasi dalam wilayah kecil. Mereka biasanya hinggap di rumput atau alang-alang, sementara perempuan lebih sering terlihat pada bank. erythraea Rana makan invertebrata darat kecil, seperti kecil, jangkrik kaki seribu dan semut. Berudu hidup di air berdiri.

j. Katak Sawah (Bufo melanostictus)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bufonidae
Genus : Bufo
Species : Bufo melanostictus

Bangkong kolong memiliki nama ilmiah Bufo melanostictus Schneider, 1799. Bangkong ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti kodok buduk (Jkt.), kodok berut (Jw.), kodok brama (Jw., yang berwarna kemerahan), dan Asian black-spined toad (Ingg.).
Kodok ini menyebar luas mulai dari India, Republik Rakyat Cina selatan, Indochina sampai ke Indonesia bagian barat. Di Indonesia, dengan menumpang pergerakan manusia, hewan amfibi ini dengan cepat menyebar (menginvasi) dari pulau ke pulau. Kini bangkong kolong juga telah ditemui di Bali, Lombok, Sulawesi dan Papua barat.
Bentuk tubuh
Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar. Bangkong jantan panjangnya (dari moncong ke anus) 55-80 mm, betina 65-85 mm. Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata; hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman. Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas tengkuk.
Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan, sampai kehitaman. Ada pula yang dengan warna dasar kuning kecoklatan atau hitam keabu-abuan. Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman. Sisi bawah tubuh putih keabu-abuan, berbintil-bintil agak kasar. Telapak tangan dan kaki dengan warna hitam atau kehitaman; tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek. Hewan jantan umumnya dengan dagu kusam kemerahan.
Kebiasaan
Bangkong kolong paling sering ditemukan di sekitar rumah. Melompat pendek-pendek, kodok ini keluar dari persembunyiannya di bawah tumpukan batu, kayu, atau di sudut-sudut dapur pada waktu magrib; dan kembali ke tempat semula di waktu subuh. Terkadang, tempat persembunyiannya itu dihuni bersama oleh sekelompok kodok besar dan kecil; sampai 6-7 ekor.
Bangkong ini kawin di kolam-kolam, selokan berair menggenang, atau belumbang, sering pada malam bulan purnama. Kodok jantan mengeluarkan suara yang ramai sebelum dan sehabis hujan untuk memanggil betinanya, kerapkali sampai pagi. Bunyinya: rrrk, ..rrrk, atau ...oorek-orek-orek-orekk ! riuh rendah.
Pada saat-saat seperti itu, dapat ditemukan beberapa pasang sampai puluhan pasang bangkong yang kawin bersamaan di satu kolam. Sering pula terjadi persaingan fisik yang berat di antara bangkong jantan untuk memperebutkan betina, terutama jika betinanya jauh lebih sedikit. Oleh sebab itu, si jantan akan memeluk erat-erat punggung betinanya selama prosesi perkawinannya. Kadang-kadang dijumpai pula beberapa bangkong yang mati karena luka-luka akibat kompetisi itu; luka di moncong hewan jantan, atau luka di ketiak hewan betina. Nampaknya kodok ini memiliki asosiasi yang erat dengan lingkungan hidup manusia. Dari waktu ke waktu, bangkong kolong terus memperluas daerah sebarannya mengikuti aktivitas manusia. Iskandar (1998) mencatat bahwa kodok ini tak pernah terdapat di dalam hutan hujan tropis.
3. Kelas Reptilia
a. Sanca Jaring (Phyton reculatus)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Kelas : Reptila
Ordo : Squamata
Upaordo : Serpentes
Famili : Phythonidae
Genus : Phyton
Spesies : Phyton reticulates

Ciri Morfologi :
1) Bentuk mulut kecil dan agak panjang.
2) Warna cokelat dengan garis agak kuning dan hitam.
3) Memiliki sisik di bagian tubuhnya.
4) Memiliki mata yang sempurna dan digunakan untuk membantu melihat mangsa pada malam hari.
5) Panjang bisa mencapai 18 kaki dan beratnya kurang lebih 200 pound.
6) Memiliki lidah yang panjang tetapi kecil yang digunakan sebagai indra pembau.
Habitat :
Di hutan dan pepohonan. Penyebarannya meliputi daratan India muka dan Indo-Cina, Malaysia, Singapura, dan seluruh Indonesia kecuali daratan Papua.

b. SANCA DARAH (Python brongersmai)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Pythonidae
Genus : Phyton
Spesies : Phyton curtus
Ciri Morfologi :
1) Panjang 17 sampai 18 kaki (137-182 cm).
2) Berat mencapai 200 pon atau lebih. Sangat mungkin ular ini dapat mencapai panjang 10 kaki pada 18 bulan.
3) Burmese pythons dapat mencapai 25 tahun atau lebih.
4) Warna tubuhnya didominasi warna merah menyala dan warna oranye. Bintik-bintik berwarna hitam dan putih pada bagian perut. Pada kepala berwarna abu-abu.



Habitat :
Berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan.
c. Ular Kobra
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Upaordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Genus : Ophiophagus
Spesies : Ophiophagus hannah

Ciri Morfologi :
1) Ular ini dapat menegakkan dan memipihkan lehernya apabila merasa terganggu oleh musuhnya. Leher yang memipih dan melengkung itu serupa bentuk sendok atau irus (sendok sayur).
2) Merupakan ular berbisa terpanjang di dunia. Ukuran panjang tubuhnya bisa mencapai 5 meter.
3) Kobra Raja tidak memiliki berat lebih dari 20 kg.
4) Bisa Kobra Raja merupakan bias neurotoksin dan ular ini dapat membunuh manusia dengan sekali gigitan.
Habitat :
Di bagian selatan-timur Asia. Ia hidup di hutan yang lebat. Sedangkan Ular burik hidup di daerah danau dan sungai.



d. Buaya Muara
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Chelonia
Famili : Chelodae
Genus : Crocodilus
Spesies : Crocodilus porosus

Deskripsi:
Buaya muara berbeda dengan buaya lain yaitu sisik belakang kepalanya yang kecil atau tidak ada, sisik dorsalnya bertunas pendek berjumlah 16-17 baris dari depan dank e belakang biasanya 6-8 baris. Buaya muara memiliki ukuran yang lebih besar disbanding buaya air tawar yaitu pada rahangatas dan bawah serta ukuran gigi. Mereka memiliki warna yang bervariasi dari warna abu-abu hingga hijau tua terutama pada buaya dewasa, sedangkan buaya muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam dan belang pada ekornya. Pejantan dapat tumbuh hingga 7 meter (23 kaki), namun sebagian besar adalah krang dari 5 meter. Betina biasanya memiliki panjang kurang dari 4 meter dan dapat muai bertelur dan membuat sarang sekitar 12 tahun. Maksimum jangka hidup diperkirakan bahwa mereka dapat hidup setidaknya 70 sampai 100 tahun.
Habitat : muara sungai, kadang dijumpai di laut lepas.







e. Cicak
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Sauria
Familia : Geckonidae
Genus : Hemidactylus
Spesies : Hemidactylus frenatus
Ciri yang teramati dari Hemidactylus frenatus adalah memiliki panjang badan (PB) 114 mm, panjang kepala (PK) 11,6 mm, lebar kepala (LK) 11,1 mm, panjang kaki depan (PKD) 20 mm, panjang kaki belakang (PKB) 24 mm, panjang moncong (PM) 10 mm, diameter mata (DM) 3 mm, LPE 55 mm. Hemidactylus frenatus memiliki warna hitam pada kepala coklat muda dengan bercak hitam, dagu bersisik, mempunyai mulut berwarna putih, punggung berwarna hitam abu-abu, perut berwarna kuning pucat dan paha berwarna abu-abu kekuningan. Hemidactylus frenatus memiliki bentuk tubuh pipih dorsolateral, gigi berbentuk pleuodont dan memiliki hemiclitoris. Hemidactylus frenatus tidak memiliki carapace, plastron, dorsolateral fold dan hemipenis.





f. Tokek
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Sauria
Famili : Geckonidae
Genus : Gekko
Spesies : Gekko gecko

Deskripsi :
Cecak yang berukuran besar, berkepala besar. Panjang total mencapai 340 mm, hampir setengahnya adalah ekornya. Dorsal (sisi punggung) kasar, dengan banyak bintil besar-besar. Abu-abu kebiruan sampai kecoklatan, dengan bintik-bintik berwarna merah bata sampai jingga. Ventral (perut, sisi bawah tubuh) abu-abu biru keputihan atau kekuningan. Ekor membulat, dengan enam baris bintil; berbelang-belang. Jari-jari kaki depan dan belakang dilengkapi dengan bantalan pengisap yang disebut scansor, yang terletak di sisi bawah jari. Gunanya untuk melekat pada permukaan yang licin. Maka, dari sisi atas jari-jari tokek nampak melebar. Tokek yang kerap ditemui di pohon-pohon di pekarangan dan di rumah-rumah, terutama di pedesaan dan tepi hutan. Suara teritorialnya yang keras dan khas, tokke ... tokkee ..., menjadi dasar penyebutan namanya dalam berbagai bahasa.




g. PENYU SISIK
Klasifikasi :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Cheloniidae
Genus : Eretmochelys
Spesies : E. imbricate

Deskripsi :
Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) adalah jenis penyu yang terancam punah, yang termasuk ke dalam famili Cheloniidae. Ia adalah satu-satunya spesies dalam genusnya. Spesies ini memiliki distribusi di seluruh dunia, dengan dua subspesies di Atlantik dan Pasifik. E. imbricata imbricata adalah subspesies di Atlantik, sedangkan E. bissa imbricata adalah subspesies di wilayah Indo-Pasifik.
h. KURA-KURA BANING DAYAK
Klasifikasi :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Famili : Geoemydidae
Upafamili : Geoemydinae
Genus : Orlitia
Spesies : O. borneensis


Deskripsi :
Kura-kura Sungai Kalimantan (Orlitia borneensis) adalah jenis kura-kura dalam keluarga Bataguridae. Kura-kura ini dapat ditemukan di Indonesia dan Malaysia.
i. Cicak
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptil
Ordo : Squamata
Subordo : Sauria
Filum : Geckonidae
Genus : Cosymbotus
Spesies : Cosymbotus platyurus

Deskripsi :
Cecak rumah yang berukuran sedang. Panjang total hingga 135 mm, sekitar separuhnya adalah ekor. Ciri yang khas adalah adanya jumbai kulit sempit di sepanjang sisi tubuh, di tepi belakang tangan dan kaki, serta di sisi ekor; yang membedakannya dari jenis-jenis cecak yang lain. Jumbai di ekor berupa tonjolan lunak serupa duri berderet-deret hingga ke ujung. Jari-jari dengan pelebaran kulit serupa selaput yang nampak jelas.
Sisi dorsal (punggung) tanpa bintil-bintil sisik yang membesar, berwarna abu-abu keputihan (apabila sedang berada di tembok), atau dengan pola-pola gelap serupa batik atau bunga kehitaman simetris di atas punggungnya (apabila di atas kayu atau di pohon). Sebuah garis kehitaman tipis berjalan mulai dari depan mata, melewati timpanum, bahu, sisi perut (berbentuk serupa renda) hingga ke pinggul. Ventral (sisi perut) keputihan atau kuning. Ekor memipih lebar, meruncing di ujung. Cecak yang kerap ditemui di rumah dan bangunan lainnya. Di dinding, tembok, langit-langit, terutama dekat lampu. Aktif di siang dan malam hari, cecak ini memangsa berbagai jenis serangga kecil yang tersesat ke lampu.
j. Labi- labi
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Klas : Reptil
Ordo : Testudinata
Sub Ordo : Cryptodine
Family : Trionichydae
Genus : Trionyx
Species : Trionyx cartilageneus

Deskripsi :
Ciri-ciri morfologi menurut Pritchard (1979), T. cartilageneus (The black Rayed soft- shell) adalah merupakan spesies yang berukuran besar, dapat mempunyai ukuran panjang 28 “ (70 cm). Masih kerabat dekat dengan T. formosus (The Burmese soft-shell) yang sama-sama memeliki kekurangan tulang preneural. Penyebarannya : Burma, Thailan, Laos bagian selatan, Kamboja Utara dan Selatan, Vietnam hingga Teluk Tonkin, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Memiliki moncong yang lebih panjang dari diamater matanya. Warna punggung sangat bervariasi, yang masih muda warna punggungnya terutama berwarna hijau pudar dengan garis hitam lebar yang menyebar. Seluruh permukaan punggung berbintik-bintik kuning dan ada 1 – 2 bintik tak beraturan berwarna hitam dengan lingkaran luar kuning. Cangkang bawah berwarna putih ke abu-abuan, kepalanya berwarna coklat gelap/tua atau berwarna abu-abu dengan bintik-bintik kuning yang banyak sekali.

Habitat : Di alam seperti rawa-rawa, danau, sungai dan dapat pula hidup di kolam yang suhu airnya berkisar 25-30 o C.

4. Kelas Mammalia
a. Harimau
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Charnivora
Familia : Felidae
Genus : Panthera
Spesies : Panthera tigris

Anggota felidae lainnya yang cukup dikenal adalah kucing besar seperti Singa, Harimau, Macan Tutul, Jaguar, Cheetah (yang muncul sebagai keturunan kucing kecil), dan kucing liar lainnya seperti Lynx, Puma, Caracal, dan Bobcat. Semua felidae, termasuk pula kucing peliharaan, adalah superpredator yang mampu menghancurkan seluruh makhluk hidup yang lebih kecil dari mereka.
Felidae yang kurang dikenal termasuk hasil perkawinan campur seperti Liger dan Tigon. Liger adalah kucing terbesar dalam famili Felidae, bahkan melebihi harimau (perlu diketahui, harimau adalah kucing terbesar dalam famili Felidae yang ditemukan di alam).
Ada 37 spesies Felidae yang diketahui di dunia saat ini. Spesies ini aslinya di Asia dan menyebar ke benua lainnya lewat jembatan darat.




b. Orang Utan
Klasifikasi Ilmiah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Hominidae
Genus : Pongo
Spesies : Pongopygmaeus
Deskripsi
Istilah pertama kali diambil dari bahasa Indonesia / bahasa melayu yang berarti manusia (orang) hutan. Meraka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berlehaer besar, lengan panjang dan besar, kaki yang pendek dan tertunduk, serta tidak mempunyai ekor.
Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo, orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatra dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000 m dpl.





c. Bajing kelapa
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Sciuridae
Genus : Callosciurus
Spesies : Callosciurus notatus

Deskripsi :
Bajing dikenal sebagai salah satu hama kelapa dan buah-buahan lainnya, terutama jenis bajing kelapa (Callosciurus notatus). Oleh sebab itu, perkataan ‘bajing’ kerap digunakan sebagai julukan pencuri dan penjahat, misalnya bajingan dan bajing loncat.

d. Badak
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Perisodactyla
Familia : Rhinocerotidae
Genus : Rhinoceros
Spesies : R. Sondaicus
Badak bercula satu kecil adalah badak (Rhinoceros Sondaicus) adalah anggota family rhinocerotidae dan satudari lima badak yang masih ada. Badak jawa lebih kecil dari sepupunya badak india dan memiliki besar tubuh yang dekat dengan badak hitam.
Badak jawa adalah herbivora dan makan berbagai macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh.
Badak jawa memiliki lebih sedikit suara daripada badak Sumatra, sangat sedikt suara badak jawa yang diketahui. Badak jawa dewasa jtidak memiliki musuh alami selain manusia.

e. Macan Dahan
Klasifikasi ilmiah:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Ordo
Famili : Felidae
Genus : Neofelis
Spesies : Neofelis nebulosa
Macan dahan adalah sejenis kucing berukuran sedang dengan panjang tubuh mencapai 95cm spesies ini umumnya memiliki bulu berwarna kelabu kecoklatan dengan ganbaran seperti awan dan bintik hitam ditubuhnya.
Daerah sebaran macan dahan adalah Asia Tenggara di hutan daratan rendah dan pegunungan di Republik Rakyat China, Indocina, saemenanjung Melayu, India, pulau Kalimantan dan Sumatara.










f. Rusa
Klasifikasi ilmiah
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Vertebrata
Sub phyllum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Cervidae
Genus : Cervus
Species : Cervus timorensis (Blainville, 1822)
Sub species : Cervus timorensis russa (Mul.&Schl., 1844)

Jenis Cervus timorensis, menurut Dradjat (2002a), memiliki bulu coklat dengan warna bagian bawah perut dan ekor berwarna putih. Hewan jantan relatif lebih besar dibandingkan dengan betinanya. Tinggi badannya antara 91-102 cm dengan berat badan 103-155 kg, lebih kecil bila dibandingkan dengan Sambar (Cervus unicolor). Rusa jantan mempunyai tanduk yang bercabang. Tanduk akan tumbuh pertama kali pada anak jantan umur 8 bulan. Setelah dewasa, ranggah menjadi sempurna yang ditandai dengan terdapatnya 3 ujung runcing.
Satwa liar menempati habitat sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya. Oleh karena itu, habitat suatu jenis satwa liar belum tentu sesuai untuk jenis lain (Alikodra, 1990). Habitat suatu jenis satwa liar mengandung suatu sistem yang terbentuk dari interaksi antar komponen fisik dan biotik. Sistem tersebut dapat mengendalikan kehidupan satwa liar yang hidup di dalamnya (Alikodra, 1990).





g. Sapi
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : artiodactyla
Familia : Bovidae
Genus : Bos
Spesies : Bos Taurus

Sapi adalah hewan ternak dari falmilia Bovidae dan sub familia Bovinae. Selain dipelihara untuk bercocok tanah (menarik bajak dan lain-lain), sapi juga diambil susu dan dagingnya.

h. Trenggiling
Klasifiikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Pholidota
Famili : Manidae
Genus : Manis
Spesies : M. javanica
Trenggiling biasa (Manis javanica syn. Paramanis javanica) adalah wakil dari ordo Pholidota yang masih ditemukan di Asia Tenggara. Hewan ini memakan serangga dan terutama semut dan rayap. Trenggiling hidup di hutan hujan tropis dataran rendah. Trenggiling kadang juga dikenal sebagai anteater.
Bentuk tubuhnya memanjang, dengan lidah yang dapat dijulurkan hingga sepertiga panjang tubuhnya untuk mencari semut di sarangnya. Rambutnya termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu, trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Ia dapat pula mengebatkan ekornya, sehingga "sisik"nya dapat melukai kulit pengganggunya.
Trenggiling terancam keberadaannya akibat habitatnya terganggu serta menjadi obyek perdagangan hewan liar.
i. Kijang
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyila
Familia : Cervidae
Genus : Muntiacus
Spesies : Mantiacus muntjak

Kijang adalah kerabat rusa yang tergabung dalam genus Muntiacus. Kijang berasal dari dunia lama dan dianggap sebagai jenis rusa tertua, telah ada sejak 15-35 juta tahun yang lalu, dengan sisa-sisa dari masa Miosen ditemukan di Prancis dan jerman.
Pada masa sekarang muncak hanya dapat ditemui di Asia Selatan dan Asia tenggara, mulai dari India, srilannka, Indocina, hingga kepulauan Nusantara. Beberapa jenis diintroduksi di Inggris dan sekarang banyak dijumpai di sana.







j. Kera
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Famili : Hylobatidae
Genus : Hylobates
Spesies : Hylobathes agilis

Kera adalah anggota super familia hylobatidae dari ordo Primata. Dalam system taksonomi saat ini ada dua familia hominoid. Banyak spesies kera saat ini memiliki status terancam Karena hilangnya habitat mereka di hutan hujan tropis dan perburuan. Saat ini ada 8 genus hominoid yang belum punah.

5. Kelas Aves
a. BURUNG DAUN
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Passeriformes
Family : Irenidae
Genus : Chloropsis
Species : Chloropsis cochinchinensis
(J. F. Gmelin, 1788)
Burung Daun ini memiliki nama lain yaitu Cica Daun. Burung ini berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 17 cm. Seperti umumnya cica-daun, seluruh tubuh didominasi warna hijau terang (hijau daun), sementara pipi dan tenggorokan burung jantan berwarna hitam berkilau. Perbedaan dengan cica-daun yang lain, seperti tercermin dari namanya, yakni bulu terbang pada sayap dan tepi ekor dengan warna kebiruan terang. Jantan umumnya memiliki warna kekuningan seperti kalung di dada, tepat di bawah warna hitam. Kedua jenis kelamin memiliki sepasang setrip malar biru berkilau di sisi dagunya. Iris mata berwarna coklat, paruh hitam, dan kaki abu-abu kebiruan.
Burung yang tidak mudah teramati di alam, karena tersamar oleh warnanya. Kecuali apabila terdengar kicauannya yang merdu. Menghuni hutan primer dan sekunder tua di dataran rendah serta perbukitan sampai ketinggian 1.000 m di Sumatra, dan sampai 1.500 m di Jawa. Tinggal di pohon-pohon besar, namun sering pula teramati mencari makanan di belukar. Burung ini dapat hidup sendiri, berpasangan, atau dalam kelompok kecil; kadang-kadang berbaur dengan jenis yang lain.
Makanannya terutama serangga, laba-laba, ulat dan buah-buahan lunak serta biji-bijian. Diketahui pula memangsa moluska kecil. Sarangnya berbentuk cawan, tersusun dari bahan-bahan yang halus bercampur dengan sarang laba-laba. Telur 2-3 butir, berwarna keputih-putihan dengan totol-totol kehitaman. Di Jawa Barat tercatat bersarang bulan Februari, April, dan Juli.
Suara berupa nyanyian yang merdu, serupa bunyi suling dan panggilan yang nyaring, cuk, ciwiit... atau cuk-cuk, ciwiiit...Burung ini menyebar luas mulai dari India, Tiongkok barat daya, Asia Tenggara, Semenanjung Malaya, Sumatra dan pulau-pulau sekitarnya, Kalimantan termasuk pula di Natuna, dan Jawa.




b. RANGKONG
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Bucerotiformes
Family : Bucerotidae
Genus : Buceros
Species : Buceros rhinoceros (Linnaeus, 1758)
Status : Dilindungi
Burung rangkong (family Bucerotidae) telah menjadi perhatian Carolus Linnaeus pula sejak tahun 1758 pada waktu ia mempublikasi Systema Naturae. Rangkong ini muncul, diduga sejak Jaman Oligocene sekitar 30-35 juta tahun yang lalu. Rangkong, dikenal juga sebagai burung enggang, julang, dan kangkareng merupakan julukan untuk keluarga burung yang unik dan sangat indah. Terdapat 13 jenis rangkong di Indonesia yang tersebar mulai pulau terluar di ujung selatan Aceh sampai beberapa pulau terkecil di daerah Papua Barat. Kaya akan keragaman rangkongnya, Indonesia merupakan negara terpenting untuk konservasi rangkong di dunia. Namun belum banyak informasi yang bisa kita dapatkan dari keberdaan rangkong yang tersebar di hutan-hutan tropis Indonesia yang setiap tahunnya terus berkurang akibat deforestasi hutan, berkurangnya makanan dan tempat bersarang, dan perburuan Rangkong.
Secara umum burung Rangkong atau Enggang mempunyai ciri khas berupa paruh yang sangat besar menyerupai tanduk. Di Indonesia, ukuran tubuh Rangkong sekitar 40 – 150 cm, dengan rangkong terberat mencapai 3.6 Kilogram. Umumnya warna bulu Rangkong didominasi oleh warna hitam (bagian badan) dan putih pada bagian ekor. Sedangkan warna bagian leher dan kepala cukup bervariasi.
Ciri khas burung rangkong lainnya adalah suara dari kepakan sayap dan suara “calling”, seperti yang dipunyai Rangkong Gading (Buceros vigil) dengan “calling” seperti orang tertawa terbahak-bahak dan dapat terdengar hingga radius 3 Km. Burung Rangkong tersebar mulai dari daerah sub-sahara Afrika, India, Asia Tenggara, New Guinea dan Kepulauan Solomon Sebagian besar hidup di hutan hujan tropis. Rangkong banyak ditemukan di daerah hutan dataran rendah dan perbukitan (0 – 1000 m dpl). Makanan Rangkong terutama buah-buahan dan sesekali binatang-binatang kecil seperti kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.
c. KAKATUA PUTIH BESAR
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Psittaciformes
Family : Psittacidae
Genus : Cacatua Vieillot
Species : Cacatua galerita
(Latham, 1790)

Kakatua putih besar jambul kuning (Cacatua galerita) memiliki ukuran tubuh sekitar 45 cm, bulunya berwarna putih dengan jambul berwarna kuning. Sebaran hewan ini meliputi daerah Kepulauan Maluku, Irian Jaya sampai Australia. Jenis ini mempunyai 4 ras (anak jenis). Di Indonesia hanya ada 2 anak jenis yaitu Cacatua galerita eleonora dan Cacatua galerita triton. Dua anak jenis lainnya yaitu Cacatua galerita galerita di Australia dan Cacatua galerita fitzroyi di Australia bagian utara. Ciri khas Cacatua galerita yang ada di Indonesia adalah :
1) Cacatua galerita eleonora : Jenis ini disebut juga kakatua jambul kuning ukuran medium atau sedang. Ciri khas lain adalah kelopak matanya berwarna putih. Penyebarannya meliputi daerah sekitar P. Aru.
2) Cacatua galerita triton : Jenis ini disebut juga kakatua jambul kuning ukuran besar. Ukuran tubuhnya lebih besar daripada Cacatua galerita eleonora. Bedanya dengan Cacatua galerita eleonora adalah kelopak mata Cacatua galerita triton berwarna biru muda. Penyebarannya sekitar Irian Jaya.
Ciri khas yang membedakan burung kakatua dengan burung lain adalah bulu jambul atau mahkota di ubun-ubun kepalanya. Bulu jambul ini dapat ditegakkan jika burung kakatua merasa terkejut, gembira atau ketakutan. Burung ini mempunyai paruh yang bengkok dan kuat sehingga sering disebut juga burung paruh bengkok. Bentuk kakinya juga mempunyai susunan jari kaki yang bersilangan. Susunan jari kakinya yaitu dua jari mengarah ke depan dan dua jari mengarah ke belakang. Dengan begitu burung kakatua dapat memegang, menggenggam dan memanjat. Lidahnya menyerupai kubus, bersifat lentur sehingga lidahnya dapat meraba-raba pakan yang sedang dimakannya. Keistimewaan lainnya adalah adanya bedak di bulu tubuhnya untuk melindungi bulunya dari air.
d. NAMDUR EMAS
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Passeriformes
Family : Ptilonorhynchidae
Genus : Ptilonorhynchus
Species : Ptilonorhynchus violaceus
John Gould, ahli burung terkenal dari Australiam adalah orang pertama yang memberikan laporan yang benar mengenai burung namdur dan pondoknya. Burung namdur adalah kerabat dekat burung cendrawasih. Mereka juga terbatas penyebarannya di wilayah Australia, dengan 9 jenis dikenal hanya di wilayahIrian, di Australia 7 jenis, dan 2 jenis lainnya terdapat di kedua tempat tersebut.
Walaupun ada yang berwarna merah menyala dan ada yang berjambul beraneka warna, kebanyakan burung namdur agak suram penampilannya. Pada bulan-bulan berkembang biak, burung namdur jantan memikat betina dengan pondok yang dibuat serta di beri hiasan dan karena itu tidak perlu memiliki bulu yang beraneka warna. Pada jenis yang jantannya memiliki bulu-nulu berwarna, umumnya mereka membuat pondok yang paling sederhana. Burung Namdur jantan, seperti layaknya sebagian kaum pejantan dari spesies lain, mencari perhatian calon pasangan betinanya dengan memamerkan kekayaan.
Sebagai contoh, ia bisa mengumpulkan sampai 5 ribu buah batur, tulang, kerang, hingga berbagai benda buatan manusia untuk membangun sarang di mana ia akan menunggu betina yang tertarik. Dan seperti sebagian pejantan umumnya, Namdur jantan juga menyombongkan apa yang mereka punyai. Selain itu, Namdur jantan juga harus pandai merayu dengan beratraksi di depan si betina dengan menyanyi dan memamerkan kebolehan lainnya. Namdur betina kemudian akan memilih pejantan yang paling “kaya” yang memiliki sarang paling bagus serta menarik dan yang berbakatlah yang berhak mengawininya. Ternyata, tidak itu saja. John Endler, ekolog asal Deakin University, Australia melaporkan, burung Namdur jantan juga menggunakan perhiasan-perhiasan yang mereka kumpulkan untuk membuat ilusi optik.
Seperti dikutip dari discovermagazine, 25 Desember 2010, burung Namdur jantan akan mengatur pernak-pernik mereka dari ukuran yang terbesar hingga terkecil. mereka menyusunnya sedemikian rupa hingga membentuk jalan yang menuju ke sarang mereka. Penyusunan pernak-pernik itu membuat sarang mereka seolah-olah terlihat lebih kecil, sedangkan para pejantan tampak gagah bagi para betina yang melihat ke arah sarang itu. Saat objek yang sudah disusun Namdur jantan diacak, mereka kemudian segera mengembalikan susunannya ke posisi yang benar, sesuai dengan yang sudah mereka buat sebelumnya. Pasalnya, bila tidak menarik, Namdur betina akan begitu saja meninggalkan sarang pejantan yang malang itu.“Menggunakan trik ini, yang disebut dengan forced perspective, pejantan dapat merayu para betina yang melintas dengan postur tubuh mereka.
e. KASUARI
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Struthioniformis
Family : Casuariidae
Genus : Casuarius
Species : Casuarius casuarius

Burung kasuari merupakan burung besar yang indah menawan. Namun dibalik keindahan burung Kasuari mempunyai sifat yang agresif dan cenderung galak jika diganggu. Burung ini merupakan salah satu satwa liar yang dilindungi Undang-Undang dan memiliki potensi untuk dikembangkan serta dibudidayakan sebagai hewan ternak. Burung kasuari dewasa dapat mencapai tinggi 1,3-1,8 meter dengan berat sekitar 60-75 kilogram. Jumlah telur setiap musim kawin berkisar 2-6 butir, tetapi lebih sering antara 2-4 butir. Meskipun satwa ini dilindungi oleh undang-undang, namun masih sering terjadi perburuan liar untuk mendapatkan daging, telur dan bulu dari satwa ini.
Berdasarkan sistematika zoologis, burung kasuari termasuk dalam Ordo Struthioniformis, Famili Casuariidae dan Genus Casuarius dengan tiga spesies yaitu Casuarius unappendiculatus (Kasuari Gelambir Tunggal), Casuarius casuarius (Kasuari Gelambir Ganda) dan Casuarius bennetti (Kasuari Kerdil) (Coates, 1985).
Jenis kasuari gelambir tunggal banyak ditemukan di daerah hutan hujan atau hutan rawa, terutama di dataran rendah. Daerah penyebarannya sangat luas, meliputi Papua bagian utara, pulau salawati dan pulau Yapen-Serui. Tinggi kasuari jenis ini 1,2-1,5 meter (Beehler et al., 1986). Spesies ini memiliki ciri umum selain bergelambir tunggal pendek kemerahan, mahkota membentuk bidang segitiga, wajah dan kepala berwarna biru dengan leher merah berbercak kuning dibagian belakang.
Kasuari gelambir ganda sering terdapat dipinggiran hutan dan sabana. Penyebarannya meliputi Papua bagian Barat, Tenggara dan Selatan serta kepulauan Aru. Spesies ini memiliki tinggi 1,5 –1,8 meter (Beehler, et al., 1986 dan Coates, 1985). Kulit leher dan kepala berwarna biru keunguan bercampur merah dan kuning. Memiliki gelambir ganda berwarna merah pada lehernya. Bermahkota tinggi dan tebal membentuk kurva.
Kasuari kerdil lebih senang mendiami daerah pegunungan dengan ketinggiam lebih dari 3000 meter dari permukaan laut. Tinggi kasuari ini 1,1 meter dengan mahkota pendek mendatar kebelakang dan tidak bergelambir. Leher bawah berwarna merah dan bagian atas berwarna biru sampai kekulit muka dengan bercak merah disudut mulut.
Kasuari merupakan burung besar yang tubuhnya berat (60-75 kilogram), hanya dijumpai di pulau Papua, Kepulauan Aru, Seram dan Australia Timur Laut. Berkerabat dekat dengan burung Unta, Emu, Kiwi, Rhea dan Tinamou yang tergolong kedalam ratiles atau burung yang tidak dapat terbang. Kasuari dapat lari dengan kecepatan 40 kilometer per jam dengan satu lompatan melewati rintangan. Memiliki sepasang kaki yang kokoh dengan ketiga jarinya yang dipersenjatai kuku atau cakar yang tajam dan panjang. Bulu kasuari dewasa berwarna hitam legam, kaku dan pendek. Sedangkan bulu anak kasuari berwarna coklat pucat dengan garis-garis memanjang dari kepala keekor berwarna coklat gelap. Perubahan warna bulu dari coklat bergaris menjadi coklat polos terjadi pada umur sekitar 6 bulan kemudian dari coklat menjadi warna hitam legam setelah mencapai umur dewasa kelamin yaitu sekitar umur 4 tahun. Kasuari memiliki daerah teritori tertentu dan hidup secara soliter kecuali pada musim kawin dan saat mengasuh anak
Kasuari tergolong hewan diurnal yaitu melakukan aktivitas disiang hari. Di alam bebas kasuari menjelajahi hutan sendiri-sendiri (soliter) atau bersama anaknya atau berpasangan pada saat musim kawin. Pada saat musim kawin satwa ini bersifat nervous dan siap menyerang siapa saja yang berada disekitarnya. Menjelang dan awal musim kawin, jantan mulai mendekati betina dan pada saat ini sering terjadi perkelahian antar kasuari jantan dalam memperebutkan betina.
f. BANGAU HITAM
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Ciconiiformes
Family : Ciconiidae
Genus : Ciconia
Species : Ciconia episcopus (Boddaert, 1783)
Status : Dilindungi

Bangau Hitam memiliki tubuh berukuran sangat besar (86 cm) badan berwarna hitam dan putih, mahkota hitam mengkilap dengan dahi dan alis yang kecil berwarna putih, seluruh leher putih seperti kapas, sayap dan ekor hitam berkilau. Dada begaris dan paha hitam; perut bawah dan ekor bawah putih, kulit muka abu-abu, iris coklat-merah, paruh hitam dengan ujung merah, kaki merah buram, Bersarang tidak dalam koloni. Sarang dari tumpukan ranting kering pada pohon tinggi di hutan.
Bangau hitam sering mengunjungi sawah dan padang rumput pada kelompok kecil. Bertengger pada pohin yang tinggi, sering bersama bangau lain atau jika ada bersama merak. Burung ini juga sering melayang tinggi di angkasa, mengikuti aliran udara panas yang naik. Berbiak burung ini tidak dalam koloni.
Bangau tidak memiliki organ suara syrinx sehingga tidak bersuara. Paruh yang diadu dengan pasangannya merupakan cara berkomunikasi menggantikan suara panggilan. Bangau merupakan burung yang berat dengan rentang sayap yang lebar. Sarang digunakan untuk beberapa tahun, berukuran sangat besar, diameter hingga 2 meter. dan kedalaman sarang 3 meter. Bangau pernah dikira monogami, tapi ternyata tidak selalu benar. Bangau cenderung setia pada sarang dan pasangannya, tapi mungkin juga berganti pasangan sehabis migrasi atau pergi bermigrasi tanpa ditemani pasangannya.
Badan yang berukuran besar, bersifat monogami, dan kesetiaan pada tempat bersarang menjadikan burung Bangau sering dijadikan simbol pembawa kebahagiaan di dalam banyak kebudayaan dan mitologi.
Habitat burung ini adalah di sawah, dataran rendah, padang rumput, dan perbukitan.
Penyebaran bangau hitam adalah di Afrika, India, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara.







g. KUAU
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Galliformes
Family : Phasianidae
Subfamily : Phasianinae
Genus : Argusianus
Species : Argusianus argus (Linnaeus, 1766)
Status : Dilindungi

Burung ini mudah sekali dikenal karena memiliki bentuk tubuh yang indah dan spesifik. Tubuh yang jantan lebih besar dan berbulu dengan corak yang lebih menarik daripada yang betina. Berat yang jantan dapat mencapai sekitar 11,5 kg dan panjang tubuhnya sampai ujung ekor mendekati 2 meter. Hal ini disebabkan dua lembar bulu ekornya bagian tengah mencolok sekali panjangnya. Umumnya bulu tubuh berwarna dasar kecoklatan dengan bundaran-bundaran berwarna cerah serta berbintik-bintik keabu-abuan. Kulit di sekitar kepala dan leher pada yang jantan biasanya tidak ditumbuhi bulu dan berwarna kebiruan. Pada bagian occipital (bagian belakang kepala) betina mempunyai bulu jambul yang lembut. Paruh berwarna kuning pucat dan sekitar lobang hidung berwarna kehitaman. Iris mata berwarna merah. Warna kaki kemerahan dan tidak mempunyai taji/susuh.
Suara burung ini sangat lantang sehingga dapat terdengar dari kejauhan lebih dari satu mil. Suara yang jantan dapat dibedakan karena mempunyai interval pengulangan yang pendek.Sedangkan yang betina suaranya mempunyai pengulangan dengan interval semakin cepat dan yang terakhir suaranya panjang sekali. Burung ini mempunyai suara tanda bahaya yang cirinya pendek, tajam dan merupakan alunan yang parau.
Burung ini suka hidup di kawasan hutan, mulai dari dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 1000 m di atas permukaan laut. Penyebaran burung ini adalah di Sumatera dan Kalimantan. Juga terdapat di Asia Tenggara. Makanannya terdiri dari buah-buahan yang jatuh, biji-bijian, siput, semut dan berbagai jenis serangga. Burung ini juga suka mencari sumber air untuk minum sekitar jam sebelas siang.
Burung ini bertelur yang biasanya berjumlah dua butir. Warna telurnya kream atau kuning keputihan dengan bercak-bercak kecil diseluruh permukaan. Ukurannya sekitar 66 X 47 mm. Telur ini dierami oleh betina selama kurang lebih 25 hari. Anak yang ditetas akan tinggal disarangnya bersama induknya untuk beberapa saat dan kemudian mengiringi induknya kemana induknya pergi. Anak burung ini akan mencapai tingkat dewasa kurang lebih dalam satu tahun.
















D. Pterydophyta

1. Paku Sayur

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Sub Kelas : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Diplazium
Spesies : Diplazium esculentum (Swartz)

Paku sayur (Diplazium esculentum) merupakan sejenis paku/pakis yang biasa dimakan ental mudanya sebagai sayuran oleh penduduk Asia Tenggara dan kepulauan di Samudera Pasifik. Paku ini biasanya tumbuh di tepi sungai atau di tebing-tebing yang lembab dan teduh. Pemanfaatanya biasanya digulai ("gulai paku") atau dijadikan lalap setelah direbus terlebih dahulu. Konsumsi mentah tidak dianjurkan karena mengandung asam sikimat yang mengganggu pencernaan manusia.Paku sayur biasanya tidak dibudidayakan. Pedagang mencari di hutan atau kebun lalu dijual.










2. Asplenium sp.

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Asplenium
Spesies : Asplenium sp.

Tumbuhan paku spesies ini tumbuh di tanah yang agak lembab di atas 350 meter permukaan laut, juga terdapat di lereng-lereng gunung. Banyak terdapat di hutan subtropis maupun daerah tropis. Tumbuhan ini tumbuh terbatas di daerah-daerah yang sejuk, pertumbuhannya pun sangat cepat. Akar pada spesies ini termasuk akar serabut yang dikotom. sporanyangiumnya terletak pada daun yang fertil (sporofil) dan daun yang tidak mengandung sporangium disebut daun steril (tropofil). Tumbuhan paku berkembang biak secara aseksual dan seksual. Secara umum daun paku-pakuan mempunyai bentuk khas yang yang disebut ental (frond), tangkai ental disebut tangkai (stipe) untuk membedakan dengan tangkai yang lain. Bagian pipih ental sering disebut lamina yang bisa berbentuk tunggal atau terbagi-bagi menjadi beberapa atau banyak anak daun yang tersusun menjari.





3. Polypodiaceae
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Sub Kelas : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Platycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum (C.Chr)

Polypodiaceae merupakan salah satu suku anggota tumbuhan paku (Pteridophyta) yang tergolong sebagai bangsa paku sejati yang terbesar (Polypodiales). Tumbuhan paku ini merupakan tumbuhan epifit sejati, dengan akar melekat di batang pohon lain atau bebatuan. Batang berupa rimpang lunak namun liat dan sulit dipotong. Daun dengan dua tipe; tipe pertama selalu steril dan berbentuk perisai tegak, mengering pada kondisi kurang air, fungsinya mengumpulkan dedaunan kering dan penangkap air, sehingga kelembaban bagi rimpang terjaga; tipe kedua menjuntai dari "pusat" daun tipe pertama dengan bentuk menyerupai tanduk rusa (walaupun ada beberapa jenis yang tidak demikian), fungsinya sebagai pembawa spora yang terletak di sisi bawah daun, panjang daun yang menjuntai dapat mencapai satu meter atau lebih, tergantung jenisnya dan dapat memiliki daun fertil.




4. Athyrium esculentum
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Pteridophyta
Classis : Pteridopsida
Sub classis : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Athyrium
Spesies : Athyrium esculentum (Copel)

Athyrium esculentum (paku sayur) didistribusikan secara luas di Filipina. Hal ini ditemukan dari India ke Polinesia. Memiliki akar yang gemuk, liat akar yang sering berkumpul dapat dijual. Tangkai berwarna hijau dan agak halus, dengan panjang 20-50 cm. Pada daun 2 – 3 pinnate, 5-3 menyirip, dan panjangnya 50-80 cm. Yang pinnules berbentuk pisau pembedah dengan panjang 2-5 cm dan agak kasar bergerigi. Para sori yang dangkal, diatur di pasang di sisi pembuluh darah atau veinlets. Daun muda jauh lebih diinginkan dan dimakan di semua bagian baik mentah atau dimasak. Mereka digunakan sebagai sayuran, atau sebagai bahan minuman. Mereka adalah sumber kalsium yang adil, yang sangat baik sumber fosfor dan sumber yang baik dari besi serta mengandung vitamin B. Di Filipina daun muda digunakan dengan gula, karena baik untuk hemoptisis dan batuk biasa. Di Indonesia paku ini tersebar mulai dari Sumatera, Jawa, Sulawesi sampai ke Irian.






5. Pleocnemia sp.
Klasifikasi
Division : Polypodiophyta
Class : Polypodiopsida
Subclass : Polypididae
Order : Dryopteridales
Famili : Dryopteridaceae
Genus : Pleocnemia
Spesies : Pleocnemia sp.

Seperti pada umumnya tumbuhan ini merupakan tumbuhan darat (terrestrial) yang mudah ditemukan ditempat lembab-lembab, agak terlindungi ataupun juga pada batu-batuan. Daun Permukaan halus dan dasar daun kasar karena terdapar sori. Dan tepi daun bergerigi ke dalam. Termasuk daun majemuk berseling, karena letak daun pada satu tangkai berselang seling anatara satu dengan lainnya. Dan pada satu tangkai daun terdiri dari kurang lebih 40 helaian. Batang berupa rhizome, dan teksturnya kasar karena batang tereduksi menjadi rambut agak keras, terutama pada tulang daun tangkai daun abaxial. Berwarna coklat agak kemerahan.Akar yang tumbuh di bawah permukaan tanah, bersifat non fotosintesis, befungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah. Akar-akar ini menyerabut dan strukturnya sangat kecil.
6. Tectaria jardini
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Family : Dryopteridaceae
Genus : Tectaria
Spesies : Tectaria jardini (Mett)

Habitat dari Tectaria jardini adalah hidup di tanah sehingga disebut dengan paku tanah. Jenis paku ini banyak ditemukan di Sulawesi. Perawakan atau habitus pada spesies ini adalah herba dan agak berkayu. Jenis daunnya adalah mikrofil yaitu mempunyai tulang daun yang tunggal tak bercabang dari pangkal ke ujung. Bentuk daunnya lanset dengan ujung daun berlekuk, pangkal daun menempel dan tepi daun bergerigi. Bentuk batang pada spesies ini adalah bulat beralur, kaku dan berkayu. Warna batangnya adalah coklat kehitaman dan permukaannya terdapat ramenta yaitu bentukan seperti rambut atau sisik yang berwarna hitam, coklat kehitaman dan yang lainnya yang terdapat pada rimpang, atau sering pula pada tangkai daun, tulang dan urat daun. Akar Tectaria jardini berakar serabut yang bercabang-cabang secara dikotom. Ada juga rambut yang menutupi rimpang dan rizoid yang berfungsi sebagai akar.
7. Asplenium belangeri
Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Divisi :Polypodiopsida
Sub kelas :Hymenophyllidae
Ordo :Aspidiales
Famili :Aspleniaceae
Genus :Asplenium
Spesies :Asplenium belangeri

Perawakannya kecil, rumpunnya agak banyak. Rimpangnya pendek dan tumbuhnya tegak. Tangkai daum bagians atas beralur. Kadang-kadang kadang-kadang terdapat bulu. Entalnya berwarna hijau yang panjangnya antara 15-30 cm. dan lebarnya 4-8 cm. terdapat 18-20 cm pasang daun yang letaknya mendatar. Helaian daun yang letaknya paling bawah ukurannya lebih besar. Semakin ke atas daun tersebut semakin mengecil. Ukuran yang besar mencapai 0.5-1 cm. helaian anak daun pertama bercabang dua. Daunnya agak berdaging dan warnanya agak hijau pucat. Sori terdapat dekat pangkal lekukan anak daun. Sori-sori itu bergeromboldan warnanya cokelat terang.

8. Marattia sp
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Polypodiophyta
Sub Divisi : Polypodiophytina
Class : Polypodiopsida
Sub Class : Marattiidae
Ordo : Marattiales
Family : Maratiaceae
Sub family : Marattioideae
Genus : Marattia
Species : Marattia sp

Bangsa Marattiales terdiri atas satu suku saja, yaitu Marattiaceae. Daun amat besar, menyirip ganda sampai beberapa kali. Sporangium pada sisi bawah daun, mempunyai dinding yang tebal, tidak mempunyai cincin (anulus), membuka dengan suatu celah atau liang. Dalam suatu sorus sporangium sering berlekatan menjadi sinangium (Citrosupomo,1991).
Marattia adalah genus neotropical sebagian besar dari delapan jenis, tetapi satu spesies (M. douglassii) terjadi di Hawaii. Mereka biasanya terjadi di daerah pegunungan di atas ketinggian 900 m, tetapi mereka mungkin terjadi pada elevasi yang lebih rendah di pulau-pulau (Christenhusz, 2007). Menurut Stiminand dan Larsen (1979), Marattia memiliki rhizome pendek, tegak; stipe gemuk, gembung pada bagian dasar; daunnya ganda; barik-barik yang tersebar; sori satu baris dekat garis tepi dari daun; sporangia melebur pada synangia. Menurut Sudarsono (2005), Marattia memiliki sporangium bertipe eusporangiatae,yaitu sporangium berasal dari satu seri sel-sel induk superficial. Kemudian sel-sel tersebut berkembang menjadi satu lapis sel atau lebih dan menghasilkan banyak sekali spora. Merupakan jenis paku heterospora. Merupakan paku kuno yang sudah ada sejak jaman Karbon. Paku ini lebih menyerupai paku sejati.
9. Bolbitis sp.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Polypodiophyta
Sub Divisi : Polypodiophytina
Class : Polypodiopsida
Sub Class : Polypodiidae
Ordo : Blechnales
Family : Lomariopsidaceae
Sub family : Bolbitidaceae
Genus : Bolbitis
Species : Bolbitis sp.

Pada umumnya tumbuhan paku merupakan tumbuhan darat, yang banyak ditemukan di daerah atau tempat-tempat lembab, agak terlindung dan di batu-batuan. Bolbitis hanya dapat hidup (tumbuh) dari rhiozomanya saja, dan hidup pada lingkungan perairan, sungai, akuarium, dan sebagainya. Dan suhu yang baik untuk pertumbuhannya baiknya pada suhu 24 kl bisa juga pada suhu 22 kl, lebih bagus lagi. bolbitis hidup di sungai yg berelevasi tinggi, dan dapat dipastikan airnya dingin arus agak deras. Kondisi ini sangan disukai oleh Bolbitis sp pada umumnya.
Bolbitis jangan diletakkan pada kondisi dengan cahaya yang terlalu kuat, takutnya nanti daun Bolbitis menjadi agak kehitaman, selain itu bisa ditimbulkan juga oleh air yang agak basa atau alkali. Dan pada pertumbuhannya ini sebaiknya para pecinta tanaman tidak terlalu memacu pertumbuhan daunnya, misalnya dengan menambah pemberian nutrisi seperti hormon tumbuh (sitokinin, giberelin, dan sebagainya) secara berlebihan karena dengan penambahan nutrisi tersebut juga harus di pertimbangkan dengan komponen-komponen lain yang menunjang pertumbuhan suatu tanaman hias, misalnya saja seperti temperatur (suhu) 22-270 C, cahaya, kelembapan, pH 6 – 7,2 dan sebagainya.
10. Diplazium polypodioides
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Polypodiophyta
Sub Divisi : Polypodiophytina
Class : Polypodiopsida
Sub Class : Polypodiidae
Ordo : Blechnales
Family : Woodsiaceae
Genus : Diplaziopsis
Species : Diplazium polypodioides

Batangnya panjang. Ukuran daunnya panjang dan terlihat lebih besar disbanding jenis paku-pakuan yang lain. Akarnya tegak. Daunnya berwarna hijau, beralur, sisik mengkilap dengan pusat-pusat gelap. Tulang daun menyirip, kuncup bersisik kasar menuju puncak. Sorusnya bulat dan terletak antara pelepah dan margin.











E. Dicotyledonae
1. Cryptocarya
Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Laurales
Suku : Lauraceae
Marga : Cryptocarya
Spesies : Cryptocarya nitens K & V.

Cryptocarya adalah genus dari hijau pohon milik keluarga Laurel, Lauraceae . Genus mencakup lebih dari 350 spesies, disalurkan melalui Neotropic , Afrotropic , Indomalaya , dan ecozones Australasia.
2. Lindera aggregata
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Lindera
Spesies : Lindera aggregata (Sims) Kosterm. f. yfairii
(Hemsl.) (J. C. Liao 1988)

Lindera dibudidayakan untuk menarik dedaunan nya, aromatik, berbentuk bintang, pertengahan April bunga dan mencolok merah untuk buah hitam. kebiasaan Pertumbuhan adalah bulat dengan cabang tegak. Daun hijau terang yang bulat telur terbalik sampai 5 inci, balik kuning di musim gugur.

3. Kepoh
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiosperms
Subdivisi : Eudicots
Kelas : Rosids
Order : Malvales
Family : Malvaceae
Subfamily : Sterculioideae
Genus : Sterculia
Spesies : Sterculia l.

Kepoh adalah genus dari tanaman berbunga di mallow keluarga, Malvaceae . Hal sebelumnya ditempatkan di saat usang Sterculiaceae . [1] Anggota genus bahasa sehari-hari dikenal sebagai chestnut tropis Nama ilmiah diambil dari Sterculius dari mitologi Romawi , yang merupakan dewa pupuk, ini merujuk pada aroma tidak menyenangkan dari bunga genus ini (misalnya, Sterculia foetida ). Sterculia spesies digunakan sebagai tanaman pangan oleh larva dari beberapa Lepidoptera spesies termasuk daun-penambang xenaula Bucculatrix , yang feed secara eksklusif pada genus.
4. D. froticosum
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Myrtales
Keluarga : Myrtaceae
Genus : Decaspermum
Spesies : D. froticosum
Sebuah semak atau pohon kecil, kadang-kadang mencapai 25 meter (80 kaki) tingginya dan diameter batang 45 cm (18 in). Batang sering miring, bengkok atau bergalur. spesimen yang lebih besar mungkin akan sedikit ditopang di pangkalan. Kulit kayunya kasar dan coklat, tapi dengan cahaya skala vertikal tipis. Cabang kecil ditutupi dengan rambut keperakan, yang kemudian menjadi berserat dan memiliki warna coklat merah.
5. Arytera littoralis
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiosperms
Subdivisi : Eudicots
Kelas : Rosids
Order : Sapindales
Family : Sapindaceae
Genus : Arytera
Species : A. littoralis
Binomial name : Arytera littoralis

Pohon, kecil, jarang semak, cemara, 3-10 m, jarang sampai 13 m tinggi Cabang silinder, striate, dibawah umur ketika muda, banyak lentisel, padat, putih kekuningan. Daun dengan tangkai daun 15-35 cm; selebaran 2 atau 3 (atau 4) pasangan, subopposite; petiolules kurang dari 1 cm; blade oblong-lanset untuk lanset-bulat telur, 8-18 × 2,5-7,5 cm, iris kasar, atau berbulu di axils vena, vena lateral 7-10 pasang, hampir naik ke marjin dan melengkung ke atas, menonjol abaxially, basis luas cuneate untuk hampir tumpul, puncak berpuncak runcing dan mucronate. kompak perbungaanlebih pendek dari daun, jarang lebih panjang dari daun, tomentose mengandung besi. Bunga harum. Pedicels 1-2 mm. Tangkai 1-2 mm. Sepals ca. Sepal ca. 1 mm, pilose. 1 mm, berbulu. Petals 5, Kelopak 5, hampir sepanjang kelopak; sisik vili3-4 mm. Benang sari sering 8; filamen tidak sama panjang, 3-4 mm. Ovarium diluruskan berbuluSubur schizocarps merah atau oranye, ellipsoid, 1-1,5 cm x 7-9 mm. Biji merah gelap, , fr. awal musim panas, fr. autumn. musim gugur.
Hutan primer dan sekunder. Guangdong, Guangxi, Hainan, Yunnan [India and SE Asia to Solomon Islands]. Guangdong, Guangxi, Hainan, Yunnan [India dan Asia Tenggara untuk Kepulauan Solomon]. Jenis ini digunakan untuk kayu tersebut.
6. Syzygium polycephaloides
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium Gaertn.
Spesies : Syzygium polycephaloides
Syzygium adalah nama marga tumbuhan berbunga, anggota suku Myrtaceae. Marga ini beranggotakan sekitar 500 spesies, menyebar luas di wilayah tropis dan ugahari (subtropis) Dunia Lama. Pada masa lalu marga ini kerap kali dimasukkan sebagai bagian dari marga Eugenia, akan tetapi penelitian yang dilakukan Schmid di awal tahun ‘70an menunjukkan bahwa kedua genera itu berlainan. Kebanyakan anggota marga Syzygium merupakan pohon, atau perdu yang selalu hijau, tidak menggugurkan daun. Kebanyakan gundul, sebagian spesies memiliki banir atau akar tunjang. Ranting-ranting membulat atau persegi, dengan buku-buku yang menggembung ataupun tidak, ruas-ruas kerap melenting.
Daun-daun terletak berhadapan, jarang tersebar atau berkarang. Tulang daun utama tenggelam atau beralur di sebelah atas, dengan 1-3 urat daun intramarginal sejajar tepi, dan bintik-bintik kelenjar halus di sebelah bawah. Bunga-bunga dalam jumlah banyak tersusun dalam karangan berbentuk malai, tandan atau payung tambahan, duduk atau bertangkai, berbilangan 4-5. Benang sari lepas-lepas, sering dalam jumlah banyak; bakal buah beruang 2, jarang 3-4.
Buah buni beraneka bentuk dan warna, berdaging seperti spons, seperti kulit atau kering, sering bermahkotakan tabung kelopak atau daun-daun kelopak yang menetap. Biji 1-2, jarang lebih. Banyak spesiesnya yang menghasilkan buah yang disukai orang, memiliki penampakan indah sebagai pohon hias, atau menghasilkan komoditas industri yang penting seperti cengkeh. Karena jenis-jenis anggotanya, marga ini pantas dinamakan sebagai marga jambu atau jambu-jambuan.
7. Ceiba pentandra
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Sub kelas : Rosidae
Orde :Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Ceiba
Spesies : C. pentandra

Ceiba pentandra adalah pohon tdari oropis.order Malvales dan keluarga Malvaceae (sebelumnya terpisah dalam keluarga Bombacaceae ), berasal dari Meksiko , Amerika Tengah dan Karibia , bagian utara Amerika Selatan , dan (sebagai varietas C. pentandra var. guineensis) untuk barat tropis Afrika . Kapuk adalah nama yang digunakan paling umum untuk pohon dan mungkin juga merujuk pada serat yang diperoleh dari perusahaan polong biji .. Pohon ini juga dikenal sebagai Jawa kapas, Jawa kapuk, kapas Sutra atau Ceiba. Ini adalah simbol suci dalam mitologi Maya.
Pohon itu tumbuh untuk 60-70 m (200-230 ft) tinggi dan memiliki batang yang sangat besar sampai dengan 3 m (10) dengan diameter penopang. Batang dan banyak cabang-cabang yang lebih besar sering (tetapi tidak selalu) ramai dengan sangat besar, sederhana kuat duri . Para daun merupakan senyawa dari 5 sampai 9 selebaran, masing-masing sampai dengan 20 cm (8 tahun) dan kelapa sawit seperti. pohon dewasa menghasilkan beberapa ratus 15 cm (6 in) polong biji. Polong berisi biji dikelilingi oleh kekuningan, serat halus yang merupakan campuran dari lignin dan selulosa .
8. Harpullia sp.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Harpullia
Spesies : Harpullia sp

Harpullia adalah genus tanaman dari keluarga Sapindaceae. Mereka adalah 37 spesies pohon kecil yang indah atau pohon menengah dari India timur sampai pulau-pulau di Samudera Pasifik. Mereka biasanya ditemukan di pinggir hutan hujan.

9. Randu alas
Klasifikasi
Nama binomial Bombax ceiba L.

Randu alas (Bombax ceiba L.) adalah pohon yang dianggap suci oleh umat Hindu. Tumbuhan ini dapat berukuran sangat besar dan sering ditanam di dekat bangunan suci. Pada saat penemuan Candi Pawon, pohon ini diketahui tumbuh di reruntuhan bangunan.
10. Lepisanthes amoena

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Lepisanthes
Spesies : Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.
Nama lain dari spesies ini adalah Buah Soboh atau Kayu Matahari. Buah soboh berasal dari Asia Tenggara. Tumbuhan ini tumbuh di Indonesia, Malaysia, Brunnei, dll.
















DAFTAR PUSTAKA

Corbet, G.B. and J.E. Hill, 1992, The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. and Oxford Univ. Press.
Daftar Pustaka
http://alamendah.wordpress.com/2010/04/18/keanekaragaman-burung-rangkong-enggang-indonesia/
http://anakindonesia.webnode.com/news/keunikan-kasuari/
http://avibase.bsc-eoc.org/species.jsp?avibaseid=F97099E68FA644A0
http://bbksda-jabar.dephut.go.id/?q=node/23
http://fish.wikia.com/wiki/Chondrichthyes
http://griyawisata.com/index.php/2011052725104/papua-island/kasuari-burung-khas-papua-yang-berbahaya/menu-id-89.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bangau
http://id.wikipedia.org/wiki/Burung_Namdur
http://id.wikipedia.org/wiki/Cica-daun_sayap-biru
http://indopedia.gunadarma.ac.id/content/88/5938/id/burung-kuau-besar-argusianus-argus-linne.html
http://junwarhp18biologi.blogspot.com/2011/04/osteichthyes.html
http://konservasi.unnes.ac.id/v2/berita-87-b001-bangau-sandanglawe.html
http://nepenthes-abeng.blogspot.com/2010/05/burung-namdur-si-designer.html
http://patungemas.blogspot.com/2011/02/namdur-burung-yang-paling-matre-dan_176.html
http://rangkongs.co.cc/
http://richmountain.wordpress.com/fauna/burung-cica-daun-sayap-biru/
http://www. Scribd.com/doc/47710338/klasifikasi-mamalia.
http://www.baligreen.org/mengenal-kakatua.html
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=559225
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=554425
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=177815
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=176111
http://www.sms.si.edu/irlspec/cl_osteic.htm
http://www.thecanadianencyclopedia.com/index.cfm?PgNm=TCE&Params=A1ARTA0002825
http://www.woodbridge.tased.edu.au/mdc/Species%20Register/class_chondrichthyes.htm
www.tabloidhunianku.com
^ (Inggris)National Geographic
Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, dan S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society-Indonesia Programme dan WWF Malaysia. ISBN 979-95964-0-8
Steppan, S.J. B.L. Storz, and R. S. Hoffmann. 2004. Nuclear DNA phylogeny of the squirrels (Mammalia: Rodentia) and the evolution of arboreality from c-myc and RAG1. Molecular Phylogenetics and Evolution, 30:703-719.
Thorington, R. W. and R. S. Hoffmann. 2005. Family Sciuridae. Pp 754-818 in Mammal Species of the World, A Taxonomic and Geographic Reference. John Hopkins University Press, Baltimore. • ^ Groves, Colin (16 September 2005). Wilson, D. E., dan Reeder, D. M. (eds). ed. Mammal Species of the World (edisi ke-edisi ketiga). Johns Hopkins University Press. hlm. 183-184. ISBN 0-801-88221-4.



C. Anggota Kelas-kelas Vertebrata
1. Kelas Pisces
a. Ikan Lele

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Siluriformes
Famili : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Ikan lele (Clarias sp.)
Clarias batrachus (Linnaeus, 1758). Lele kampung. Menyebar di Asia Selatan dan Asia Tenggara.
Lele atau ikan keli, adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya.
Ikan-ikan marga Clarias dikenali dari tubuhnya yang licin memanjang tak bersisik, dengan sirip punggung dan sirip anus yang juga panjang, yang kadang-kadang menyatu dengan sirip ekor, menjadikannya nampak seperti sidat yang pendek. Kepalanya keras menulang di bagian atas, dengan mata yang kecil dan mulut lebar yang terletak di ujung moncong, dilengkapi dengan empat pasang sungut peraba (barbels) yang amat berguna untuk bergerak di air yang gelap. Lele juga memiliki alat pernafasan tambahan berupa modifikasi dari busur insangnya. Terdapat sepasang patil, yakni duri tulang yang tajam, pada sirip-sirip dadanya.
Lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin, kecuali lele laut yang tergolong ke dalam marga dan suku yang berbeda (Ariidae). Habitatnya di sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang air. Bahkan ikan lele bisa hidup pada air yang tercemar, misalkan di got-got dan selokan pembuangan.
Ikan lele bersifat nokturnal, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam, ikan lele memijah pada musim penghujan.
b. Ikan Mas Sinyonya

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cypriniformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
(Linnaeus, 1758)
Secara morfologis, ikan karper (ikan mas) mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek. Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan karper ditutupi sisik dan hanya sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik ikan karper berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna tersebut sesuai dengan rasnya.
Ikan Mas Sinyonya atau Putri Yogya. Tidak diketahui pasti asal-usul nama ikan jenis ini. Beberapa orang menyebutkan, ikan mas ini mudah sekali bertelur sehingga disebut sinyonya. Bentuk tubuhnya memanjang (long bodied form) dan punggungnya lebih rendah dibandingkan dengan ikan mas punten. Perbandingan antara panjang dan tinggi badannya sekitar 3,66:1.
Sisiknya berwarna kuning muda seperti warna kulit jeruk sitrus. Mata ikan yang masih muda agak menonjol, kemudian berubah menjadi sipit ketika ikan sudah mulai tua. Sifat ikan mas sinyonya lebih jinak dibandingkan dengan ikan ras punten. Ikan mas sinyonya memiliki kebiasaan berkumpul di permukaan air.
Fekunditas atau jumlah telur ikan mas sinyonya 85.000—125.000 dan diameternya 0,3—1,5 mm. Induk ikan mas sinyonya jantan akan matang kelamin pertama pada umur 8 bulan, sedangkan yang betina pada umur 18 bulan. Ikan mas ini tahan terhadap parasit Myxosporea. Kisaran toleransi pH-nya 5,5—8,5.
c. Bandeng

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Gonorynchiformes
Famili : Chanidae
Genus : Chanos
Spesies : Chanos chanos
(Forsskål, 1775)

Bandeng (Chanos chanos Forsskål) adalah ikan pangan populer di Asia Tenggara. Ikan ini merupakan satu-satunya spesies yang masih ada dalam familia Chanidae (bersama enam genus tambahan dilaporkan pernah ada namun sudah punah). Dalam bahasa Bugis dan Makassar dikenal sebagai ikan bolu, dan dalam bahasa Inggris milkfish).

Mereka hidup di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan cenderung berkawanan di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan terumbu koral. Ikan yang muda dan baru menetas hidup di laut selama 2–3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau berair payau, dan kadangkala danau-danau berair asin. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah dewasa dan bisa berkembang biak.

Ikan muda (disebut nener [ IPA: nənər ]) dikumpulkan orang dari sungai-sungai dan dibesarkan di tambak-tambak. Di sana mereka bisa diberi makanan apa saja dan tumbuh dengan cepat. Setelah cukup besar (biasanya sekitar 25-30 cm) bandeng dijual segar atau beku. Bandeng diolah dengan cara digoreng, dibakar, dikukus, dipindang, atau diasap.

d. Ikan tenggiri
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Scomberomorus
Spesies : Scomberomorus guttatus
(Bloch & Schneider, 1801).

Ikan tenggiri bertubuh memanjang, memipih lumayan kuat pada sisi-sisinya, telanjang tidak bersisik kecuali pada gurat sisinya (bidang corselet tidak jelas). Moncong meruncing, dengan mulut lebar dan gigi-gigi yang tajam dan kuat di rahang atas dan bawah. Panjang moncong (snout length) lebih pendek daripada sisa kepala bagian belakang. Sirip punggung dalam dua berkas, yang depan dengan XIII - XXII jari-jari keras (duri). Sirip punggung dan sirip anal diikuti oleh banyak sirip kecil tambahan (finlet).

Tenggiri merupakan ikan pelagis yang kerap berenang menggerombol dalam kelompok kecil, tidak jauh dari pantai.

e. Tangkur kuda
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Syngnathiformes
Famili : Syngnathidae
Genus : Hippocampus
Spesies : Hippocampus kuda

Kuda laut adalah jenis ikan yang hidup di laut dari genus Hippocampus dan famili Syngnathidae. Hewan dengan ukuran yang bervariasi antara 16 mm (untuk spesies Hippocampus denise) sampai 35 cm ini dapat ditemukan di perairan tropis dan menengah di seluruh dunia. Kuda laut merupakan satu-satunya spesies yang jantannya dapat hamil.

Sirip dorsal pada kuda laut terletak pada bagian bawah sedangkan sirip pektoralnya terletak pada bagian kepala, di dekat insang. Beberapa spesies kuda laut berwarna transparan sebagian, sehingga tidak mudah terlihat.

Populasi kuda laut terancam karena penangkapan yang berlebihan. Kuda laut dimanfaatkan pada herbologi tradisional Tiongkok dan sebanyak 20 juta kuda laut telah ditangkap setiap tahunnya untuk keperluan ini. Impor ekspor kuda laut diatur dalam CITES sejak 15 Mei 2004.




f. Gurameh

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Osphronemidae
Genus : Osphronemus
Spesies : Osphronemus goramy
(Lacépède, 1801)








Ikan yang lebar dan pipih. Panjang tubuh (SL, standard length) 2,0-2,1 kali tinggi tubuh; panjang tubuh total (dengan sirip ekor) bisa mencapai 1.000 mm. Sirip perut dengan jari-jari pertama yang pendek berupa duri dan jari-jari kedua yang lentur panjang serupa cambuk. Rumus sirip punggung (dorsal) XI-XIV (jari-jari keras atau duri) dan 12-14 (jari-jari lunak); sementara sirip dubur (anal) X-XI dan 20-23.
Ikan yang muda memiliki moncong yang meruncing, dengan 8-10 pita melintang (belang) di tubuhnya. Jika beranjak dewasa warna-warna ini memudar, dan kepala ikan akan membengkak secara tidak teratur.
Gurami semula menyebar di pulau-pulau Sunda Besar (Sumatra, Jawa, dan Kalimantan), namun kini telah dipelihara sebagai ikan konsumsi di pelbagai negara di Asia (terutama Asia Tenggara dan Asia Selatan) serta di Australia.
Di alam, gurami hidup di sungai-sungai, rawa dan kolam, termasuk pula di air payau; namun paling menyukai kolam-kolam dangkal dengan banyak tumbuhan. Sesekali ikan ini muncul ke permukaan untuk bernafas langsung dari udara.
Induk gurami, untuk beberapa waktu lamanya, menjaga dan memelihara anak-anaknya. Telurnya dilekatkan di tetumbuhan air atau ditaruh di sarang yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan. Gurami terutama adalah pemakan tumbuhan, namun mau juga memangsa serangga, ikan lain, dan juga barang-barang yang membusuk di air. Dari sifatnya yang rakus tumbuhan itu, gurami juga dimanfaatkan sebagai pengendali gulma di kolam-kolam.

g. Ikan kerapu

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Serranidae
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus merra







Kerapu adalah nama ikan dari sejumlah genus dalam subfamili Epinephelinae dari familia Serranidae di urutan Perciformes.
Dalam bahasa Inggris, "kerapu" disebut grouper, yang dipercaya berasal dari nama garoupa, yang diperkirakan dari bahasa Portugis. Ada yang mengatakan bahwa nama Portugis ini berasal dari salah satu bahasa asli Amerika Selatan.


h. Ikan layur

Kingdom
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Ordo : Perciformes
Famili : Trichiuridae
Genus : Trichiurus
Spesies : Trichiurus lepturus
(Linnaeus, 1758)








Layur (Trichiurus lepturus) merupakan ikan laut yang mudah dikenal dari bentuknya yang panjang dan ramping. Ikan ini tersebar di banyak perairan dunia. Jenis yang ditemukan di Pasifik dan Atlantik merupakan populasi yang berbeda.
Ukuran tubuhnya dapat mencapai panjang 2m, dengan berat maksimum tercatat 5kg dan usia dapat mencapai 15 tahun. Kegemarannya pada siang hari berkeliaran di perairan dangkal dekat pantai yang kaya plankton krustasea. Pada waktu malam ikan ini mendekat ke dasar perairan.
Layur mudah dijumpai di tempat penjualan ikan di Indonesia. Ia juga menjadi ikan umpan. Orang Jepang menyebutnya tachiuo dan memakannya mentah (sebagai sashimi) atau dibakar. Orang Korea menyebutnya galchi dan mengolahnya dengan digoreng atau dibakar. Ikan ini disukai karena dagingnya yang kenyal, tidak terlalu amis, tidak berminyak, serta mudah dilepas tulangnya.


i. Ikan tongkol

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Scombridae
Genus : Thunnus
Spesies : Euthynnus alletteratus
(Rafinesque, 1810).


Tuna adalah ikan laut yang terdiri dari beberapa spesies dari famili Scombridae, terutama genus Thunnus. Ikan ini adalah perenang handal (pernah diukur mencapai 77 km/jam). Tidak seperti kebanyakan ikan yang memiliki daging berwarna putih, daging tuna berwarna merah muda sampai merah tua. Hal ini karena otot tuna lebih banyak mengandung myoglobin dari pada ikan lainnya.
Tuna memiliki bentuk tubuh yang sedikit banyak mirip dengan torpedo, disebut fusiform, sedikit memipih di sisi-sisinya dan dengan moncong meruncing. Sirip punggung (dorsal) dua berkas, sirip punggung pertama berukuran relatif kecil dan terpisah dari sirip punggung kedua. Di belakang sirip punggung dan sirip dubur (anal) terdapat sederetan sirip-sirip kecil tambahan yang disebut finlet. Sirip ekor bercabang dalam (bercagak) dengan jari-jari penyokong menutup seluruh ujung hipural. Di kedua sisi batang ekor masing-masing terdapat dua lunas samping berukuran kecil; yang pada beberapa spesiesnya mengapit satu lunas samping yang lebih besar. Tubuh kebanyakan dengan wilayah barut badan (corselet), yakni bagian di belakang kepala dan di sekitar sirip dada yang ditutupi oleh sisik-sisik yang tebal dan agak besar. Bagian tubuh sisanya bersisik kecil atau tanpa sisik. Tulang-tulang belakang (vertebrae) antara 31–66 buah.
Anggota marga lain dari suku Scombridae yang juga digolongkan sebagai tuna: Euthynnus alletteratus (Rafinesque, 1810).

j. Kakap Batu

Klasifikasi






Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Lobotidae
Genus : Lobotes
Spesies : Lobotes surinamensis

Ikan kakap adalah ikan laut dasaran yang hidup secara berkelompok di dasar-dasar karang atau terumbu karang. Mempunya ciri tubuh yang bulat pipih dengan sirip memanjang sepanjang punggung. Jenis ikan kakap yang banyak ditemui di Indonesia adalah jenis Kakap merah (L. campechanus) beberapa jenis yang lain yang juga banyak di temui adalah Kakap kuning, Kakap hitam dan Kakap putih.

k. Ikan giru

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Pomacentridae
Genus : Amphiprion
Spesies : Amphiprion percula
Clownfish atau anemonefish adalah ikan dari subfamili Amphiprioninae di keluarga Pomacentridae. 28 spesies dikenali, satu di genus Premnas, sementara yang lainnya di genus Amphiprion. Di alam bebas mereka semua membentuk simbiosis mutualisme dengan bunga berbentuk bintang laut. Tergantung pada spesies, clownfish kuning keseluruhan, oranye, kemerah-merahan atau kehitam-hitaman, dan banyak pertunjukan palang putih atau patch. Terbesar dapat mencapai panjang 18 centimeter (7.1 inch), sementara sedikit sekali dapat mencapai 10 centimeter (3.9 inch).
Clownfish asli ke lebih perairan hangat di Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, termasuk Great Barrier Reef dan Laut Merah. Clownfish tinggal di bawah laut di batu karang terlindung atau di laguna dangkal. tidak ada clownfish di lautan Atlantik.



l. Cucut biola

Kingdom
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Chondrichthyes
Subkelas : Elasmobranchii
Ordo : Rajiformes
Famili : Rhinobatidae
Genus : Rhinobatos
Spesies : Rhinobatos djiddensis

Cucut Biola (Rhinobatos djidensis) (Forek). Hidup di dasar laut lepas pantai, merupakan ikan buas. Makanannya ikan dan udang. Tersebar di lautan Indopasifik. Panjang dapat mencapai 300 cm.











2. Kelas Amphibia
a. Rana macrodon kuhl. Frog

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Rana macrodon



b. Rana jerboa(Gunth). Frog

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Rana jerboa











c. Rana kuhli schleg. Frog

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Rana kuhli


d. Rana cancrivora gravenh crab-eating. Frog

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Rana cancrivora
(Fejervarya cancrivora sebelumnya Rana cancrivora), adalah asli katak ke Asia tenggara termasuk Filipina dan lebih jarang sejauh barat Orissa di India. Ini mendiami rawa bakau dan rawa-rawa dan merupakan amfibi modern hanya diketahui yang dapat mentolerir air asin. Hal ini secara lokal disukai untuk kualitas makan dan sering dibudidayakan untuk kaki dimakan nya. Katak ini dapat mentoleransi lingkungan laut (perendaman dalam air laut untuk periode singkat atau air payau untuk waktu yang lama) dengan produksi urea meningkatkan dan retensi, dan dengan tetap sedikit hyperosmotic dalam urea dan natrium flux3, 4,5.

e. Rhacoporus leucomystax sexvirgata (Reinw). Tree-frog

klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Rhacophorus leucomystax

Habitat: Biasanya ditemukan pada ketinggian 3.086 meter 0 (0 sampai 10.125 kaki). Ekologi: Ini adalah oportunis yang sangat mudah beradaptasi dan komensal, terjadi dari vegetasi pantai melalui segala macam habitat manusia (seperti daerah pertanian, selokan, kolam buatan dan danau, taman, bahkan di rumah) dan habitat tepi alam untuk hutan primer tertutup. Hal ini tampaknya tergantung pada aktivitas manusia untuk menciptakan habitat yang cocok. Mungkin ada pemisahan antara sumbu habitat di antara spesies komponen di kompleks leucomystax.

f. Bufo biporctus graven
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Bufo biporcatus
g. Kodok Bangkong Besar (Bufo asper)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bufonidae
Genus : Bufo
Species : Bufo asper

Bangkong sungai adalah nama sejenis kodok dari suku Bufonidae. Nama ilmiahnya adalah Bufo asper Gravenhorst, 1829. Kodok ini juga dikenal dengan nama lain: kodok buduk sungai, kodok puru besar, atau kodok batu. Dalam bahasa Inggris disebut Java toad, river toad atau Malayan giant toad. Kodok buduk yang besar, tidak gendut dan agak ramping. Sering dengan bintil-bintil kasar dan benjol-benjol besar (asper, bahasa Latin = kasar, berduri). Jantan berukuran (dari moncong ke anus) 70-100 mm, betina 95-120 mm. Punggung berwarna coklat tua kusam, keabu-abuan atau kehitaman. Sisi bawah berbintik hitam. Jantan biasanya dengan kulit dagu yang kehitaman. Selaput renang sampai ke ujung jari kaki.
Bangkong yang sering ditemui di dekat sungai, di bebatuan sampai ke tebing-tebing di bagian atas. Terkadang didapati pula di ranting semak belukar yang rendah. Aktif di waktu malam (nokturnal), kodok ini di siang hari bersembunyi di balik bebatuan; kadang-kadang berendam berkelompok dalam air yang tersembunyi.
Tidak seperti bangkong kolong, bangkong sungai dapat melompat jauh dengan kakinya yang relatif panjang. Kodok ini sering berpura-pura mati apabila ditangkap. Bila dipegang dan diletakkan terlentang di atas tempat yang datar dan rata, kodok ini akan tetap tidak bergerak sampai beberapa saat; untuk kemudian tiba-tiba membalikkan badan dan melompat seketika bila situasi dirasanya sudah aman. Kodok jantan bersuara memanggil betina dari tepi sungai ketika bulan purnama. Bunyi: wok.. kak, berat dan berulang agak lambat.
Penyebaran
Bangkong sungai menyebar mulai dari Indochina di utara hingga ke Sumatra, Kalimantan dan Jawa. Di Jawa tersebar hingga ke Pasuruan dan Malang di Jawa Timur. Di masa lalu, kulit bangkong yang dikeringkan kerap digunakan oleh pencuri Melayu. Asap yang dihasilkan dari kulit yang dibakar dipercaya dapat membius penghuni rumah agar tertidur nyenyak, sehingga pencurian dapat berjalan lancar (Taylor, 1962).
h. Katak Teratai (Rana erytrae)
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Ranidae
Genus : Rana
Species : Rana erythraea

Kongkang gading adalah nama sejenis kodok dari suku Ranidae. Nama ilmiahnya adalah Rana erythraea (Schlegel, 1837), yakni berasal dari nama sebuah kota kecil di Asia Tengah (Iskandar, 1998). Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan nama golden-lined frog, green paddy frog, green lotus frog atau common greenback.
Kodok yang ramping dan berwarna hijau zaitun, hijau lumut atau hijau muda di punggungnya. Sepasang lipatan dorsolateral yang jelas, besar, berwarna kuning gading dan kadang-kadang disertai dengan garis hitam, terdapat di kiri kanan punggung. Tangan dan kaki berwarna kuning coklat muda, dengan coreng-coreng terutama pada paha. Sisi bawah tubuh berwarna putih. Kulit licin dan halus. Kodok jantan sekitar 30-45 mm, dan yang betina 50-75 mm.
Tangan dengan ujung jari melebar serupa piringan yang meruncing, yang terbesar sekitar setengah diameter timpanum (gendang telinga). Piringan pada jari kaki lebih kecil. Selaput renang mencapai pangkal piringan di jari-jari kaki, kecuali pada jari keempat yang memiliki dua ruas bebas dari selaput. Terdapat sekurangnya satu bintil metatarsal di kaki, yakni di sisi dalam.
Kebiasaan dan Penyebaran
Berenang di kolam. Kongkang gading biasa ditemukan di kolam-kolam terbuka, tepi telaga, atau sawah; kadang-kadang didapati dalam kelompok agak besar. Lebih sering berada di air, kodok ini pada siang hari bersembunyi di antara vegetasi yang tumbuh di air yang dangkal atau di tepian. Dan malam harinya turun ke daratan di tepi air. Kerap berbunyi-bunyi di pagi hari, bunyinya seperti suara ceklikan: pik, … pik, pik, pik. Kodok ini menyebar luas mulai dari Indochina, Jawa sampai ke Filipina, dan kemungkinan juga sampai Sulawesi.













i. Katak Pohon Hijau (Rhacophorus reinwardti)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Rhacophoridae
Genus : Rhacophorus
Species : Rhacophorus reinwardti
Katak pohon berukuran kecil hingga sedang, sangat menarik, jinak, dan dapat dijadikan hewan peliharaan bahkan di ekspor. Tuuh berwarna hijau, tangan dan kaki berwarna kuning atau oranye. Jari tangan dan jari kaki berselaput sepenuhnya sampai ke piringan, berwarna hiran atau kadang-kadang biru tua.
Habitatnya biasanya dijumpai di hutan primer, sekarang dapat pula di jumpai di hutan sekunder, ataupun hutan-hutan buatan yang kelembabanya cukup tinggi dan terdapat genangan air, yang bsa digunakan untuk berkembang biak. Penyebarannya endemik di Jawa dapat ditemukan di bantaran sungai Ciliwung, sekitar Condet.
Keterangan: Sebuah katak kecil dan menengah dengan panjang, anggota belakang berotot dan moncong meruncing panjang. Jari-jari kaki sekitar setengah berselaput, dengan kaki terpanjang (keempat) bebas dari anyaman dekat ujung. Ujung jari kaki dan jari diperluas sedikit dan bulat. Gendang telinga menonjol. Kulit halus, meskipun ada punggung bukit, rendah lebar di setiap sisi belakang. Spesies ini cerah sampai hijau tua di bagian atas kepala, di belakang, dan sepanjang sisi. Ada garis kuning lebar dari belakang mata ke ujung tubuh di setiap sisi. Bibir atas berwarna putih dan bergabung dengan menjalankan garis putih di atas lubang lengan dan sepanjang bagian bawah samping. Permukaan atas tangan dan kakinya coklat muda dengan tanda gelap halus. bawah adalah mutiara putih, kadang-kadang dengan bintik-bintik gelap sedikit menuju tepi luar.
Jantan : 32 - 45 mm
Betina :48-75 mm
Kecebong : Tubuh oval dan ekor agak panjang dan runcing dekat ujung ke ujung yang sempit. Tubuh dan ekor berwarna hijau atau coklat dengan bercak gelap. Kebiasaan dan habitat: Ini adalah katak habitat air tawar terganggu seperti saluran irigasi dan, terutama, membanjiri sawah. Mereka sangat waspada dan sulit untuk mendekati mereka bahkan di malam hari. Pria tidak membentuk menyebut kelompok seperti itu, tetapi mungkin terlokalisasi dalam wilayah kecil. Mereka biasanya hinggap di rumput atau alang-alang, sementara perempuan lebih sering terlihat pada bank. erythraea Rana makan invertebrata darat kecil, seperti kecil, jangkrik kaki seribu dan semut. Berudu hidup di air berdiri.

j. Katak Sawah (Bufo melanostictus)

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Bilateria
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Amphibia
Ordo : Anura
Family : Bufonidae
Genus : Bufo
Species : Bufo melanostictus

Bangkong kolong memiliki nama ilmiah Bufo melanostictus Schneider, 1799. Bangkong ini juga dikenal dengan beberapa nama lain seperti kodok buduk (Jkt.), kodok berut (Jw.), kodok brama (Jw., yang berwarna kemerahan), dan Asian black-spined toad (Ingg.).
Kodok ini menyebar luas mulai dari India, Republik Rakyat Cina selatan, Indochina sampai ke Indonesia bagian barat. Di Indonesia, dengan menumpang pergerakan manusia, hewan amfibi ini dengan cepat menyebar (menginvasi) dari pulau ke pulau. Kini bangkong kolong juga telah ditemui di Bali, Lombok, Sulawesi dan Papua barat.
Bentuk tubuh
Kodok berukuran sedang, yang dewasa berperut gendut, berbintil-bintil kasar. Bangkong jantan panjangnya (dari moncong ke anus) 55-80 mm, betina 65-85 mm. Di atas kepala terdapat gigir keras menonjol yang bersambungan, mulai dari atas moncong; melewati atas, depan dan belakang mata; hingga di atas timpanum (gendang telinga). Gigir ini biasanya berwarna kehitaman. Sepasang kelenjar parotoid (kelenjar racun) yang besar panjang terdapat di atas tengkuk.
Bagian punggung bervariasi warnanya antara coklat abu-abu gelap, kekuningan, kemerahan, sampai kehitaman. Ada pula yang dengan warna dasar kuning kecoklatan atau hitam keabu-abuan. Terdapat bintil-bintil kasar di punggung dengan ujung kehitaman. Sisi bawah tubuh putih keabu-abuan, berbintil-bintil agak kasar. Telapak tangan dan kaki dengan warna hitam atau kehitaman; tanpa selaput renang, atau kaki dengan selaput renang yang sangat pendek. Hewan jantan umumnya dengan dagu kusam kemerahan.
Kebiasaan
Bangkong kolong paling sering ditemukan di sekitar rumah. Melompat pendek-pendek, kodok ini keluar dari persembunyiannya di bawah tumpukan batu, kayu, atau di sudut-sudut dapur pada waktu magrib; dan kembali ke tempat semula di waktu subuh. Terkadang, tempat persembunyiannya itu dihuni bersama oleh sekelompok kodok besar dan kecil; sampai 6-7 ekor.
Bangkong ini kawin di kolam-kolam, selokan berair menggenang, atau belumbang, sering pada malam bulan purnama. Kodok jantan mengeluarkan suara yang ramai sebelum dan sehabis hujan untuk memanggil betinanya, kerapkali sampai pagi. Bunyinya: rrrk, ..rrrk, atau ...oorek-orek-orek-orekk ! riuh rendah.
Pada saat-saat seperti itu, dapat ditemukan beberapa pasang sampai puluhan pasang bangkong yang kawin bersamaan di satu kolam. Sering pula terjadi persaingan fisik yang berat di antara bangkong jantan untuk memperebutkan betina, terutama jika betinanya jauh lebih sedikit. Oleh sebab itu, si jantan akan memeluk erat-erat punggung betinanya selama prosesi perkawinannya. Kadang-kadang dijumpai pula beberapa bangkong yang mati karena luka-luka akibat kompetisi itu; luka di moncong hewan jantan, atau luka di ketiak hewan betina. Nampaknya kodok ini memiliki asosiasi yang erat dengan lingkungan hidup manusia. Dari waktu ke waktu, bangkong kolong terus memperluas daerah sebarannya mengikuti aktivitas manusia. Iskandar (1998) mencatat bahwa kodok ini tak pernah terdapat di dalam hutan hujan tropis.
3. Kelas Reptilia
a. Sanca Jaring (Phyton reculatus)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Kelas : Reptila
Ordo : Squamata
Upaordo : Serpentes
Famili : Phythonidae
Genus : Phyton
Spesies : Phyton reticulates

Ciri Morfologi :
1) Bentuk mulut kecil dan agak panjang.
2) Warna cokelat dengan garis agak kuning dan hitam.
3) Memiliki sisik di bagian tubuhnya.
4) Memiliki mata yang sempurna dan digunakan untuk membantu melihat mangsa pada malam hari.
5) Panjang bisa mencapai 18 kaki dan beratnya kurang lebih 200 pound.
6) Memiliki lidah yang panjang tetapi kecil yang digunakan sebagai indra pembau.
Habitat :
Di hutan dan pepohonan. Penyebarannya meliputi daratan India muka dan Indo-Cina, Malaysia, Singapura, dan seluruh Indonesia kecuali daratan Papua.

b. SANCA DARAH (Python brongersmai)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Serpentes
Famili : Pythonidae
Genus : Phyton
Spesies : Phyton curtus
Ciri Morfologi :
1) Panjang 17 sampai 18 kaki (137-182 cm).
2) Berat mencapai 200 pon atau lebih. Sangat mungkin ular ini dapat mencapai panjang 10 kaki pada 18 bulan.
3) Burmese pythons dapat mencapai 25 tahun atau lebih.
4) Warna tubuhnya didominasi warna merah menyala dan warna oranye. Bintik-bintik berwarna hitam dan putih pada bagian perut. Pada kepala berwarna abu-abu.



Habitat :
Berkelana di pepohonan dan hampir tak pernah menginjak tanah. Banyak jenis yang lain hidup melata di atas permukaan tanah atau menyusup-nyusup di bawah serasah atau tumpukan bebatuan.
c. Ular Kobra
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Upaordo : Serpentes
Famili : Elapidae
Genus : Ophiophagus
Spesies : Ophiophagus hannah

Ciri Morfologi :
1) Ular ini dapat menegakkan dan memipihkan lehernya apabila merasa terganggu oleh musuhnya. Leher yang memipih dan melengkung itu serupa bentuk sendok atau irus (sendok sayur).
2) Merupakan ular berbisa terpanjang di dunia. Ukuran panjang tubuhnya bisa mencapai 5 meter.
3) Kobra Raja tidak memiliki berat lebih dari 20 kg.
4) Bisa Kobra Raja merupakan bias neurotoksin dan ular ini dapat membunuh manusia dengan sekali gigitan.
Habitat :
Di bagian selatan-timur Asia. Ia hidup di hutan yang lebat. Sedangkan Ular burik hidup di daerah danau dan sungai.



d. Buaya Muara
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Chelonia
Famili : Chelodae
Genus : Crocodilus
Spesies : Crocodilus porosus

Deskripsi:
Buaya muara berbeda dengan buaya lain yaitu sisik belakang kepalanya yang kecil atau tidak ada, sisik dorsalnya bertunas pendek berjumlah 16-17 baris dari depan dank e belakang biasanya 6-8 baris. Buaya muara memiliki ukuran yang lebih besar disbanding buaya air tawar yaitu pada rahangatas dan bawah serta ukuran gigi. Mereka memiliki warna yang bervariasi dari warna abu-abu hingga hijau tua terutama pada buaya dewasa, sedangkan buaya muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam dan belang pada ekornya. Pejantan dapat tumbuh hingga 7 meter (23 kaki), namun sebagian besar adalah krang dari 5 meter. Betina biasanya memiliki panjang kurang dari 4 meter dan dapat muai bertelur dan membuat sarang sekitar 12 tahun. Maksimum jangka hidup diperkirakan bahwa mereka dapat hidup setidaknya 70 sampai 100 tahun.
Habitat : muara sungai, kadang dijumpai di laut lepas.







e. Cicak
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Sauria
Familia : Geckonidae
Genus : Hemidactylus
Spesies : Hemidactylus frenatus
Ciri yang teramati dari Hemidactylus frenatus adalah memiliki panjang badan (PB) 114 mm, panjang kepala (PK) 11,6 mm, lebar kepala (LK) 11,1 mm, panjang kaki depan (PKD) 20 mm, panjang kaki belakang (PKB) 24 mm, panjang moncong (PM) 10 mm, diameter mata (DM) 3 mm, LPE 55 mm. Hemidactylus frenatus memiliki warna hitam pada kepala coklat muda dengan bercak hitam, dagu bersisik, mempunyai mulut berwarna putih, punggung berwarna hitam abu-abu, perut berwarna kuning pucat dan paha berwarna abu-abu kekuningan. Hemidactylus frenatus memiliki bentuk tubuh pipih dorsolateral, gigi berbentuk pleuodont dan memiliki hemiclitoris. Hemidactylus frenatus tidak memiliki carapace, plastron, dorsolateral fold dan hemipenis.





f. Tokek
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptilia
Ordo : Squamata
Subordo : Sauria
Famili : Geckonidae
Genus : Gekko
Spesies : Gekko gecko

Deskripsi :
Cecak yang berukuran besar, berkepala besar. Panjang total mencapai 340 mm, hampir setengahnya adalah ekornya. Dorsal (sisi punggung) kasar, dengan banyak bintil besar-besar. Abu-abu kebiruan sampai kecoklatan, dengan bintik-bintik berwarna merah bata sampai jingga. Ventral (perut, sisi bawah tubuh) abu-abu biru keputihan atau kekuningan. Ekor membulat, dengan enam baris bintil; berbelang-belang. Jari-jari kaki depan dan belakang dilengkapi dengan bantalan pengisap yang disebut scansor, yang terletak di sisi bawah jari. Gunanya untuk melekat pada permukaan yang licin. Maka, dari sisi atas jari-jari tokek nampak melebar. Tokek yang kerap ditemui di pohon-pohon di pekarangan dan di rumah-rumah, terutama di pedesaan dan tepi hutan. Suara teritorialnya yang keras dan khas, tokke ... tokkee ..., menjadi dasar penyebutan namanya dalam berbagai bahasa.




g. PENYU SISIK
Klasifikasi :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudinata
Famili : Cheloniidae
Genus : Eretmochelys
Spesies : E. imbricate

Deskripsi :
Penyu sisik (Eretmochelys imbricata) adalah jenis penyu yang terancam punah, yang termasuk ke dalam famili Cheloniidae. Ia adalah satu-satunya spesies dalam genusnya. Spesies ini memiliki distribusi di seluruh dunia, dengan dua subspesies di Atlantik dan Pasifik. E. imbricata imbricata adalah subspesies di Atlantik, sedangkan E. bissa imbricata adalah subspesies di wilayah Indo-Pasifik.
h. KURA-KURA BANING DAYAK
Klasifikasi :
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Testudines
Famili : Geoemydidae
Upafamili : Geoemydinae
Genus : Orlitia
Spesies : O. borneensis


Deskripsi :
Kura-kura Sungai Kalimantan (Orlitia borneensis) adalah jenis kura-kura dalam keluarga Bataguridae. Kura-kura ini dapat ditemukan di Indonesia dan Malaysia.
i. Cicak
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Reptil
Ordo : Squamata
Subordo : Sauria
Filum : Geckonidae
Genus : Cosymbotus
Spesies : Cosymbotus platyurus

Deskripsi :
Cecak rumah yang berukuran sedang. Panjang total hingga 135 mm, sekitar separuhnya adalah ekor. Ciri yang khas adalah adanya jumbai kulit sempit di sepanjang sisi tubuh, di tepi belakang tangan dan kaki, serta di sisi ekor; yang membedakannya dari jenis-jenis cecak yang lain. Jumbai di ekor berupa tonjolan lunak serupa duri berderet-deret hingga ke ujung. Jari-jari dengan pelebaran kulit serupa selaput yang nampak jelas.
Sisi dorsal (punggung) tanpa bintil-bintil sisik yang membesar, berwarna abu-abu keputihan (apabila sedang berada di tembok), atau dengan pola-pola gelap serupa batik atau bunga kehitaman simetris di atas punggungnya (apabila di atas kayu atau di pohon). Sebuah garis kehitaman tipis berjalan mulai dari depan mata, melewati timpanum, bahu, sisi perut (berbentuk serupa renda) hingga ke pinggul. Ventral (sisi perut) keputihan atau kuning. Ekor memipih lebar, meruncing di ujung. Cecak yang kerap ditemui di rumah dan bangunan lainnya. Di dinding, tembok, langit-langit, terutama dekat lampu. Aktif di siang dan malam hari, cecak ini memangsa berbagai jenis serangga kecil yang tersesat ke lampu.
j. Labi- labi
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub Filum : Vertebrata
Klas : Reptil
Ordo : Testudinata
Sub Ordo : Cryptodine
Family : Trionichydae
Genus : Trionyx
Species : Trionyx cartilageneus

Deskripsi :
Ciri-ciri morfologi menurut Pritchard (1979), T. cartilageneus (The black Rayed soft- shell) adalah merupakan spesies yang berukuran besar, dapat mempunyai ukuran panjang 28 “ (70 cm). Masih kerabat dekat dengan T. formosus (The Burmese soft-shell) yang sama-sama memeliki kekurangan tulang preneural. Penyebarannya : Burma, Thailan, Laos bagian selatan, Kamboja Utara dan Selatan, Vietnam hingga Teluk Tonkin, Semenanjung Malaysia, Sumatra, Jawa dan Kalimantan. Memiliki moncong yang lebih panjang dari diamater matanya. Warna punggung sangat bervariasi, yang masih muda warna punggungnya terutama berwarna hijau pudar dengan garis hitam lebar yang menyebar. Seluruh permukaan punggung berbintik-bintik kuning dan ada 1 – 2 bintik tak beraturan berwarna hitam dengan lingkaran luar kuning. Cangkang bawah berwarna putih ke abu-abuan, kepalanya berwarna coklat gelap/tua atau berwarna abu-abu dengan bintik-bintik kuning yang banyak sekali.

Habitat : Di alam seperti rawa-rawa, danau, sungai dan dapat pula hidup di kolam yang suhu airnya berkisar 25-30 o C.

4. Kelas Mammalia
a. Harimau
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Charnivora
Familia : Felidae
Genus : Panthera
Spesies : Panthera tigris

Anggota felidae lainnya yang cukup dikenal adalah kucing besar seperti Singa, Harimau, Macan Tutul, Jaguar, Cheetah (yang muncul sebagai keturunan kucing kecil), dan kucing liar lainnya seperti Lynx, Puma, Caracal, dan Bobcat. Semua felidae, termasuk pula kucing peliharaan, adalah superpredator yang mampu menghancurkan seluruh makhluk hidup yang lebih kecil dari mereka.
Felidae yang kurang dikenal termasuk hasil perkawinan campur seperti Liger dan Tigon. Liger adalah kucing terbesar dalam famili Felidae, bahkan melebihi harimau (perlu diketahui, harimau adalah kucing terbesar dalam famili Felidae yang ditemukan di alam).
Ada 37 spesies Felidae yang diketahui di dunia saat ini. Spesies ini aslinya di Asia dan menyebar ke benua lainnya lewat jembatan darat.




b. Orang Utan
Klasifikasi Ilmiah:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Family : Hominidae
Genus : Pongo
Spesies : Pongopygmaeus
Deskripsi
Istilah pertama kali diambil dari bahasa Indonesia / bahasa melayu yang berarti manusia (orang) hutan. Meraka memiliki tubuh yang gemuk dan besar, berlehaer besar, lengan panjang dan besar, kaki yang pendek dan tertunduk, serta tidak mempunyai ekor.
Orangutan dapat hidup pada berbagai tipe hutan, mulai dari hutan dipterokarpus perbukitan dan dataran rendah, daerah aliran sungai, hutan rawa air tawar, rawa gambut, tanah kering di atas rawa bakau dan nipah, sampai ke hutan pegunungan. Di Borneo, orangutan dapat ditemukan pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut (dpl), sedangkan kerabatnya di Sumatra dilaporkan dapat mencapai hutan pegunungan pada 1.000 m dpl.





c. Bajing kelapa
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Family : Sciuridae
Genus : Callosciurus
Spesies : Callosciurus notatus

Deskripsi :
Bajing dikenal sebagai salah satu hama kelapa dan buah-buahan lainnya, terutama jenis bajing kelapa (Callosciurus notatus). Oleh sebab itu, perkataan ‘bajing’ kerap digunakan sebagai julukan pencuri dan penjahat, misalnya bajingan dan bajing loncat.

d. Badak
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Perisodactyla
Familia : Rhinocerotidae
Genus : Rhinoceros
Spesies : R. Sondaicus
Badak bercula satu kecil adalah badak (Rhinoceros Sondaicus) adalah anggota family rhinocerotidae dan satudari lima badak yang masih ada. Badak jawa lebih kecil dari sepupunya badak india dan memiliki besar tubuh yang dekat dengan badak hitam.
Badak jawa adalah herbivora dan makan berbagai macam spesies tanaman, terutama tunas, ranting, daun-daunan muda dan buah yang jatuh.
Badak jawa memiliki lebih sedikit suara daripada badak Sumatra, sangat sedikt suara badak jawa yang diketahui. Badak jawa dewasa jtidak memiliki musuh alami selain manusia.

e. Macan Dahan
Klasifikasi ilmiah:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Ordo
Famili : Felidae
Genus : Neofelis
Spesies : Neofelis nebulosa
Macan dahan adalah sejenis kucing berukuran sedang dengan panjang tubuh mencapai 95cm spesies ini umumnya memiliki bulu berwarna kelabu kecoklatan dengan ganbaran seperti awan dan bintik hitam ditubuhnya.
Daerah sebaran macan dahan adalah Asia Tenggara di hutan daratan rendah dan pegunungan di Republik Rakyat China, Indocina, saemenanjung Melayu, India, pulau Kalimantan dan Sumatara.










f. Rusa
Klasifikasi ilmiah
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Vertebrata
Sub phyllum : Chordata
Class : Mammalia
Ordo : Artiodactyla
Familia : Cervidae
Genus : Cervus
Species : Cervus timorensis (Blainville, 1822)
Sub species : Cervus timorensis russa (Mul.&Schl., 1844)

Jenis Cervus timorensis, menurut Dradjat (2002a), memiliki bulu coklat dengan warna bagian bawah perut dan ekor berwarna putih. Hewan jantan relatif lebih besar dibandingkan dengan betinanya. Tinggi badannya antara 91-102 cm dengan berat badan 103-155 kg, lebih kecil bila dibandingkan dengan Sambar (Cervus unicolor). Rusa jantan mempunyai tanduk yang bercabang. Tanduk akan tumbuh pertama kali pada anak jantan umur 8 bulan. Setelah dewasa, ranggah menjadi sempurna yang ditandai dengan terdapatnya 3 ujung runcing.
Satwa liar menempati habitat sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya. Oleh karena itu, habitat suatu jenis satwa liar belum tentu sesuai untuk jenis lain (Alikodra, 1990). Habitat suatu jenis satwa liar mengandung suatu sistem yang terbentuk dari interaksi antar komponen fisik dan biotik. Sistem tersebut dapat mengendalikan kehidupan satwa liar yang hidup di dalamnya (Alikodra, 1990).





g. Sapi
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : artiodactyla
Familia : Bovidae
Genus : Bos
Spesies : Bos Taurus

Sapi adalah hewan ternak dari falmilia Bovidae dan sub familia Bovinae. Selain dipelihara untuk bercocok tanah (menarik bajak dan lain-lain), sapi juga diambil susu dan dagingnya.

h. Trenggiling
Klasifiikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Pholidota
Famili : Manidae
Genus : Manis
Spesies : M. javanica
Trenggiling biasa (Manis javanica syn. Paramanis javanica) adalah wakil dari ordo Pholidota yang masih ditemukan di Asia Tenggara. Hewan ini memakan serangga dan terutama semut dan rayap. Trenggiling hidup di hutan hujan tropis dataran rendah. Trenggiling kadang juga dikenal sebagai anteater.
Bentuk tubuhnya memanjang, dengan lidah yang dapat dijulurkan hingga sepertiga panjang tubuhnya untuk mencari semut di sarangnya. Rambutnya termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu, trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Ia dapat pula mengebatkan ekornya, sehingga "sisik"nya dapat melukai kulit pengganggunya.
Trenggiling terancam keberadaannya akibat habitatnya terganggu serta menjadi obyek perdagangan hewan liar.
i. Kijang
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Artiodactyila
Familia : Cervidae
Genus : Muntiacus
Spesies : Mantiacus muntjak

Kijang adalah kerabat rusa yang tergabung dalam genus Muntiacus. Kijang berasal dari dunia lama dan dianggap sebagai jenis rusa tertua, telah ada sejak 15-35 juta tahun yang lalu, dengan sisa-sisa dari masa Miosen ditemukan di Prancis dan jerman.
Pada masa sekarang muncak hanya dapat ditemui di Asia Selatan dan Asia tenggara, mulai dari India, srilannka, Indocina, hingga kepulauan Nusantara. Beberapa jenis diintroduksi di Inggris dan sekarang banyak dijumpai di sana.







j. Kera
Klasifikasi ilmiah
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mamalia
Ordo : Primata
Famili : Hylobatidae
Genus : Hylobates
Spesies : Hylobathes agilis

Kera adalah anggota super familia hylobatidae dari ordo Primata. Dalam system taksonomi saat ini ada dua familia hominoid. Banyak spesies kera saat ini memiliki status terancam Karena hilangnya habitat mereka di hutan hujan tropis dan perburuan. Saat ini ada 8 genus hominoid yang belum punah.

5. Kelas Aves
a. BURUNG DAUN
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Passeriformes
Family : Irenidae
Genus : Chloropsis
Species : Chloropsis cochinchinensis
(J. F. Gmelin, 1788)
Burung Daun ini memiliki nama lain yaitu Cica Daun. Burung ini berukuran sedang, panjang tubuh total (diukur dari ujung paruh hingga ujung ekor) sekitar 17 cm. Seperti umumnya cica-daun, seluruh tubuh didominasi warna hijau terang (hijau daun), sementara pipi dan tenggorokan burung jantan berwarna hitam berkilau. Perbedaan dengan cica-daun yang lain, seperti tercermin dari namanya, yakni bulu terbang pada sayap dan tepi ekor dengan warna kebiruan terang. Jantan umumnya memiliki warna kekuningan seperti kalung di dada, tepat di bawah warna hitam. Kedua jenis kelamin memiliki sepasang setrip malar biru berkilau di sisi dagunya. Iris mata berwarna coklat, paruh hitam, dan kaki abu-abu kebiruan.
Burung yang tidak mudah teramati di alam, karena tersamar oleh warnanya. Kecuali apabila terdengar kicauannya yang merdu. Menghuni hutan primer dan sekunder tua di dataran rendah serta perbukitan sampai ketinggian 1.000 m di Sumatra, dan sampai 1.500 m di Jawa. Tinggal di pohon-pohon besar, namun sering pula teramati mencari makanan di belukar. Burung ini dapat hidup sendiri, berpasangan, atau dalam kelompok kecil; kadang-kadang berbaur dengan jenis yang lain.
Makanannya terutama serangga, laba-laba, ulat dan buah-buahan lunak serta biji-bijian. Diketahui pula memangsa moluska kecil. Sarangnya berbentuk cawan, tersusun dari bahan-bahan yang halus bercampur dengan sarang laba-laba. Telur 2-3 butir, berwarna keputih-putihan dengan totol-totol kehitaman. Di Jawa Barat tercatat bersarang bulan Februari, April, dan Juli.
Suara berupa nyanyian yang merdu, serupa bunyi suling dan panggilan yang nyaring, cuk, ciwiit... atau cuk-cuk, ciwiiit...Burung ini menyebar luas mulai dari India, Tiongkok barat daya, Asia Tenggara, Semenanjung Malaya, Sumatra dan pulau-pulau sekitarnya, Kalimantan termasuk pula di Natuna, dan Jawa.




b. RANGKONG
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Bucerotiformes
Family : Bucerotidae
Genus : Buceros
Species : Buceros rhinoceros (Linnaeus, 1758)
Status : Dilindungi
Burung rangkong (family Bucerotidae) telah menjadi perhatian Carolus Linnaeus pula sejak tahun 1758 pada waktu ia mempublikasi Systema Naturae. Rangkong ini muncul, diduga sejak Jaman Oligocene sekitar 30-35 juta tahun yang lalu. Rangkong, dikenal juga sebagai burung enggang, julang, dan kangkareng merupakan julukan untuk keluarga burung yang unik dan sangat indah. Terdapat 13 jenis rangkong di Indonesia yang tersebar mulai pulau terluar di ujung selatan Aceh sampai beberapa pulau terkecil di daerah Papua Barat. Kaya akan keragaman rangkongnya, Indonesia merupakan negara terpenting untuk konservasi rangkong di dunia. Namun belum banyak informasi yang bisa kita dapatkan dari keberdaan rangkong yang tersebar di hutan-hutan tropis Indonesia yang setiap tahunnya terus berkurang akibat deforestasi hutan, berkurangnya makanan dan tempat bersarang, dan perburuan Rangkong.
Secara umum burung Rangkong atau Enggang mempunyai ciri khas berupa paruh yang sangat besar menyerupai tanduk. Di Indonesia, ukuran tubuh Rangkong sekitar 40 – 150 cm, dengan rangkong terberat mencapai 3.6 Kilogram. Umumnya warna bulu Rangkong didominasi oleh warna hitam (bagian badan) dan putih pada bagian ekor. Sedangkan warna bagian leher dan kepala cukup bervariasi.
Ciri khas burung rangkong lainnya adalah suara dari kepakan sayap dan suara “calling”, seperti yang dipunyai Rangkong Gading (Buceros vigil) dengan “calling” seperti orang tertawa terbahak-bahak dan dapat terdengar hingga radius 3 Km. Burung Rangkong tersebar mulai dari daerah sub-sahara Afrika, India, Asia Tenggara, New Guinea dan Kepulauan Solomon Sebagian besar hidup di hutan hujan tropis. Rangkong banyak ditemukan di daerah hutan dataran rendah dan perbukitan (0 – 1000 m dpl). Makanan Rangkong terutama buah-buahan dan sesekali binatang-binatang kecil seperti kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga.
c. KAKATUA PUTIH BESAR
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Psittaciformes
Family : Psittacidae
Genus : Cacatua Vieillot
Species : Cacatua galerita
(Latham, 1790)

Kakatua putih besar jambul kuning (Cacatua galerita) memiliki ukuran tubuh sekitar 45 cm, bulunya berwarna putih dengan jambul berwarna kuning. Sebaran hewan ini meliputi daerah Kepulauan Maluku, Irian Jaya sampai Australia. Jenis ini mempunyai 4 ras (anak jenis). Di Indonesia hanya ada 2 anak jenis yaitu Cacatua galerita eleonora dan Cacatua galerita triton. Dua anak jenis lainnya yaitu Cacatua galerita galerita di Australia dan Cacatua galerita fitzroyi di Australia bagian utara. Ciri khas Cacatua galerita yang ada di Indonesia adalah :
1) Cacatua galerita eleonora : Jenis ini disebut juga kakatua jambul kuning ukuran medium atau sedang. Ciri khas lain adalah kelopak matanya berwarna putih. Penyebarannya meliputi daerah sekitar P. Aru.
2) Cacatua galerita triton : Jenis ini disebut juga kakatua jambul kuning ukuran besar. Ukuran tubuhnya lebih besar daripada Cacatua galerita eleonora. Bedanya dengan Cacatua galerita eleonora adalah kelopak mata Cacatua galerita triton berwarna biru muda. Penyebarannya sekitar Irian Jaya.
Ciri khas yang membedakan burung kakatua dengan burung lain adalah bulu jambul atau mahkota di ubun-ubun kepalanya. Bulu jambul ini dapat ditegakkan jika burung kakatua merasa terkejut, gembira atau ketakutan. Burung ini mempunyai paruh yang bengkok dan kuat sehingga sering disebut juga burung paruh bengkok. Bentuk kakinya juga mempunyai susunan jari kaki yang bersilangan. Susunan jari kakinya yaitu dua jari mengarah ke depan dan dua jari mengarah ke belakang. Dengan begitu burung kakatua dapat memegang, menggenggam dan memanjat. Lidahnya menyerupai kubus, bersifat lentur sehingga lidahnya dapat meraba-raba pakan yang sedang dimakannya. Keistimewaan lainnya adalah adanya bedak di bulu tubuhnya untuk melindungi bulunya dari air.
d. NAMDUR EMAS
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Passeriformes
Family : Ptilonorhynchidae
Genus : Ptilonorhynchus
Species : Ptilonorhynchus violaceus
John Gould, ahli burung terkenal dari Australiam adalah orang pertama yang memberikan laporan yang benar mengenai burung namdur dan pondoknya. Burung namdur adalah kerabat dekat burung cendrawasih. Mereka juga terbatas penyebarannya di wilayah Australia, dengan 9 jenis dikenal hanya di wilayahIrian, di Australia 7 jenis, dan 2 jenis lainnya terdapat di kedua tempat tersebut.
Walaupun ada yang berwarna merah menyala dan ada yang berjambul beraneka warna, kebanyakan burung namdur agak suram penampilannya. Pada bulan-bulan berkembang biak, burung namdur jantan memikat betina dengan pondok yang dibuat serta di beri hiasan dan karena itu tidak perlu memiliki bulu yang beraneka warna. Pada jenis yang jantannya memiliki bulu-nulu berwarna, umumnya mereka membuat pondok yang paling sederhana. Burung Namdur jantan, seperti layaknya sebagian kaum pejantan dari spesies lain, mencari perhatian calon pasangan betinanya dengan memamerkan kekayaan.
Sebagai contoh, ia bisa mengumpulkan sampai 5 ribu buah batur, tulang, kerang, hingga berbagai benda buatan manusia untuk membangun sarang di mana ia akan menunggu betina yang tertarik. Dan seperti sebagian pejantan umumnya, Namdur jantan juga menyombongkan apa yang mereka punyai. Selain itu, Namdur jantan juga harus pandai merayu dengan beratraksi di depan si betina dengan menyanyi dan memamerkan kebolehan lainnya. Namdur betina kemudian akan memilih pejantan yang paling “kaya” yang memiliki sarang paling bagus serta menarik dan yang berbakatlah yang berhak mengawininya. Ternyata, tidak itu saja. John Endler, ekolog asal Deakin University, Australia melaporkan, burung Namdur jantan juga menggunakan perhiasan-perhiasan yang mereka kumpulkan untuk membuat ilusi optik.
Seperti dikutip dari discovermagazine, 25 Desember 2010, burung Namdur jantan akan mengatur pernak-pernik mereka dari ukuran yang terbesar hingga terkecil. mereka menyusunnya sedemikian rupa hingga membentuk jalan yang menuju ke sarang mereka. Penyusunan pernak-pernik itu membuat sarang mereka seolah-olah terlihat lebih kecil, sedangkan para pejantan tampak gagah bagi para betina yang melihat ke arah sarang itu. Saat objek yang sudah disusun Namdur jantan diacak, mereka kemudian segera mengembalikan susunannya ke posisi yang benar, sesuai dengan yang sudah mereka buat sebelumnya. Pasalnya, bila tidak menarik, Namdur betina akan begitu saja meninggalkan sarang pejantan yang malang itu.“Menggunakan trik ini, yang disebut dengan forced perspective, pejantan dapat merayu para betina yang melintas dengan postur tubuh mereka.
e. KASUARI
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Struthioniformis
Family : Casuariidae
Genus : Casuarius
Species : Casuarius casuarius

Burung kasuari merupakan burung besar yang indah menawan. Namun dibalik keindahan burung Kasuari mempunyai sifat yang agresif dan cenderung galak jika diganggu. Burung ini merupakan salah satu satwa liar yang dilindungi Undang-Undang dan memiliki potensi untuk dikembangkan serta dibudidayakan sebagai hewan ternak. Burung kasuari dewasa dapat mencapai tinggi 1,3-1,8 meter dengan berat sekitar 60-75 kilogram. Jumlah telur setiap musim kawin berkisar 2-6 butir, tetapi lebih sering antara 2-4 butir. Meskipun satwa ini dilindungi oleh undang-undang, namun masih sering terjadi perburuan liar untuk mendapatkan daging, telur dan bulu dari satwa ini.
Berdasarkan sistematika zoologis, burung kasuari termasuk dalam Ordo Struthioniformis, Famili Casuariidae dan Genus Casuarius dengan tiga spesies yaitu Casuarius unappendiculatus (Kasuari Gelambir Tunggal), Casuarius casuarius (Kasuari Gelambir Ganda) dan Casuarius bennetti (Kasuari Kerdil) (Coates, 1985).
Jenis kasuari gelambir tunggal banyak ditemukan di daerah hutan hujan atau hutan rawa, terutama di dataran rendah. Daerah penyebarannya sangat luas, meliputi Papua bagian utara, pulau salawati dan pulau Yapen-Serui. Tinggi kasuari jenis ini 1,2-1,5 meter (Beehler et al., 1986). Spesies ini memiliki ciri umum selain bergelambir tunggal pendek kemerahan, mahkota membentuk bidang segitiga, wajah dan kepala berwarna biru dengan leher merah berbercak kuning dibagian belakang.
Kasuari gelambir ganda sering terdapat dipinggiran hutan dan sabana. Penyebarannya meliputi Papua bagian Barat, Tenggara dan Selatan serta kepulauan Aru. Spesies ini memiliki tinggi 1,5 –1,8 meter (Beehler, et al., 1986 dan Coates, 1985). Kulit leher dan kepala berwarna biru keunguan bercampur merah dan kuning. Memiliki gelambir ganda berwarna merah pada lehernya. Bermahkota tinggi dan tebal membentuk kurva.
Kasuari kerdil lebih senang mendiami daerah pegunungan dengan ketinggiam lebih dari 3000 meter dari permukaan laut. Tinggi kasuari ini 1,1 meter dengan mahkota pendek mendatar kebelakang dan tidak bergelambir. Leher bawah berwarna merah dan bagian atas berwarna biru sampai kekulit muka dengan bercak merah disudut mulut.
Kasuari merupakan burung besar yang tubuhnya berat (60-75 kilogram), hanya dijumpai di pulau Papua, Kepulauan Aru, Seram dan Australia Timur Laut. Berkerabat dekat dengan burung Unta, Emu, Kiwi, Rhea dan Tinamou yang tergolong kedalam ratiles atau burung yang tidak dapat terbang. Kasuari dapat lari dengan kecepatan 40 kilometer per jam dengan satu lompatan melewati rintangan. Memiliki sepasang kaki yang kokoh dengan ketiga jarinya yang dipersenjatai kuku atau cakar yang tajam dan panjang. Bulu kasuari dewasa berwarna hitam legam, kaku dan pendek. Sedangkan bulu anak kasuari berwarna coklat pucat dengan garis-garis memanjang dari kepala keekor berwarna coklat gelap. Perubahan warna bulu dari coklat bergaris menjadi coklat polos terjadi pada umur sekitar 6 bulan kemudian dari coklat menjadi warna hitam legam setelah mencapai umur dewasa kelamin yaitu sekitar umur 4 tahun. Kasuari memiliki daerah teritori tertentu dan hidup secara soliter kecuali pada musim kawin dan saat mengasuh anak
Kasuari tergolong hewan diurnal yaitu melakukan aktivitas disiang hari. Di alam bebas kasuari menjelajahi hutan sendiri-sendiri (soliter) atau bersama anaknya atau berpasangan pada saat musim kawin. Pada saat musim kawin satwa ini bersifat nervous dan siap menyerang siapa saja yang berada disekitarnya. Menjelang dan awal musim kawin, jantan mulai mendekati betina dan pada saat ini sering terjadi perkelahian antar kasuari jantan dalam memperebutkan betina.
f. BANGAU HITAM
KLASIFIKASI
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Ciconiiformes
Family : Ciconiidae
Genus : Ciconia
Species : Ciconia episcopus (Boddaert, 1783)
Status : Dilindungi

Bangau Hitam memiliki tubuh berukuran sangat besar (86 cm) badan berwarna hitam dan putih, mahkota hitam mengkilap dengan dahi dan alis yang kecil berwarna putih, seluruh leher putih seperti kapas, sayap dan ekor hitam berkilau. Dada begaris dan paha hitam; perut bawah dan ekor bawah putih, kulit muka abu-abu, iris coklat-merah, paruh hitam dengan ujung merah, kaki merah buram, Bersarang tidak dalam koloni. Sarang dari tumpukan ranting kering pada pohon tinggi di hutan.
Bangau hitam sering mengunjungi sawah dan padang rumput pada kelompok kecil. Bertengger pada pohin yang tinggi, sering bersama bangau lain atau jika ada bersama merak. Burung ini juga sering melayang tinggi di angkasa, mengikuti aliran udara panas yang naik. Berbiak burung ini tidak dalam koloni.
Bangau tidak memiliki organ suara syrinx sehingga tidak bersuara. Paruh yang diadu dengan pasangannya merupakan cara berkomunikasi menggantikan suara panggilan. Bangau merupakan burung yang berat dengan rentang sayap yang lebar. Sarang digunakan untuk beberapa tahun, berukuran sangat besar, diameter hingga 2 meter. dan kedalaman sarang 3 meter. Bangau pernah dikira monogami, tapi ternyata tidak selalu benar. Bangau cenderung setia pada sarang dan pasangannya, tapi mungkin juga berganti pasangan sehabis migrasi atau pergi bermigrasi tanpa ditemani pasangannya.
Badan yang berukuran besar, bersifat monogami, dan kesetiaan pada tempat bersarang menjadikan burung Bangau sering dijadikan simbol pembawa kebahagiaan di dalam banyak kebudayaan dan mitologi.
Habitat burung ini adalah di sawah, dataran rendah, padang rumput, dan perbukitan.
Penyebaran bangau hitam adalah di Afrika, India, Asia tenggara, Filipina, Sulawesi, Sumatera, Jawa dan Nusa Tenggara.







g. KUAU
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Aves
Order : Galliformes
Family : Phasianidae
Subfamily : Phasianinae
Genus : Argusianus
Species : Argusianus argus (Linnaeus, 1766)
Status : Dilindungi

Burung ini mudah sekali dikenal karena memiliki bentuk tubuh yang indah dan spesifik. Tubuh yang jantan lebih besar dan berbulu dengan corak yang lebih menarik daripada yang betina. Berat yang jantan dapat mencapai sekitar 11,5 kg dan panjang tubuhnya sampai ujung ekor mendekati 2 meter. Hal ini disebabkan dua lembar bulu ekornya bagian tengah mencolok sekali panjangnya. Umumnya bulu tubuh berwarna dasar kecoklatan dengan bundaran-bundaran berwarna cerah serta berbintik-bintik keabu-abuan. Kulit di sekitar kepala dan leher pada yang jantan biasanya tidak ditumbuhi bulu dan berwarna kebiruan. Pada bagian occipital (bagian belakang kepala) betina mempunyai bulu jambul yang lembut. Paruh berwarna kuning pucat dan sekitar lobang hidung berwarna kehitaman. Iris mata berwarna merah. Warna kaki kemerahan dan tidak mempunyai taji/susuh.
Suara burung ini sangat lantang sehingga dapat terdengar dari kejauhan lebih dari satu mil. Suara yang jantan dapat dibedakan karena mempunyai interval pengulangan yang pendek.Sedangkan yang betina suaranya mempunyai pengulangan dengan interval semakin cepat dan yang terakhir suaranya panjang sekali. Burung ini mempunyai suara tanda bahaya yang cirinya pendek, tajam dan merupakan alunan yang parau.
Burung ini suka hidup di kawasan hutan, mulai dari dataran rendah sampai pada ketinggian sekitar 1000 m di atas permukaan laut. Penyebaran burung ini adalah di Sumatera dan Kalimantan. Juga terdapat di Asia Tenggara. Makanannya terdiri dari buah-buahan yang jatuh, biji-bijian, siput, semut dan berbagai jenis serangga. Burung ini juga suka mencari sumber air untuk minum sekitar jam sebelas siang.
Burung ini bertelur yang biasanya berjumlah dua butir. Warna telurnya kream atau kuning keputihan dengan bercak-bercak kecil diseluruh permukaan. Ukurannya sekitar 66 X 47 mm. Telur ini dierami oleh betina selama kurang lebih 25 hari. Anak yang ditetas akan tinggal disarangnya bersama induknya untuk beberapa saat dan kemudian mengiringi induknya kemana induknya pergi. Anak burung ini akan mencapai tingkat dewasa kurang lebih dalam satu tahun.
















D. Pterydophyta

1. Paku Sayur

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Sub Kelas : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Diplazium
Spesies : Diplazium esculentum (Swartz)

Paku sayur (Diplazium esculentum) merupakan sejenis paku/pakis yang biasa dimakan ental mudanya sebagai sayuran oleh penduduk Asia Tenggara dan kepulauan di Samudera Pasifik. Paku ini biasanya tumbuh di tepi sungai atau di tebing-tebing yang lembab dan teduh. Pemanfaatanya biasanya digulai ("gulai paku") atau dijadikan lalap setelah direbus terlebih dahulu. Konsumsi mentah tidak dianjurkan karena mengandung asam sikimat yang mengganggu pencernaan manusia.Paku sayur biasanya tidak dibudidayakan. Pedagang mencari di hutan atau kebun lalu dijual.










2. Asplenium sp.

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Asplenium
Spesies : Asplenium sp.

Tumbuhan paku spesies ini tumbuh di tanah yang agak lembab di atas 350 meter permukaan laut, juga terdapat di lereng-lereng gunung. Banyak terdapat di hutan subtropis maupun daerah tropis. Tumbuhan ini tumbuh terbatas di daerah-daerah yang sejuk, pertumbuhannya pun sangat cepat. Akar pada spesies ini termasuk akar serabut yang dikotom. sporanyangiumnya terletak pada daun yang fertil (sporofil) dan daun yang tidak mengandung sporangium disebut daun steril (tropofil). Tumbuhan paku berkembang biak secara aseksual dan seksual. Secara umum daun paku-pakuan mempunyai bentuk khas yang yang disebut ental (frond), tangkai ental disebut tangkai (stipe) untuk membedakan dengan tangkai yang lain. Bagian pipih ental sering disebut lamina yang bisa berbentuk tunggal atau terbagi-bagi menjadi beberapa atau banyak anak daun yang tersusun menjari.





3. Polypodiaceae
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Sub Kelas : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Genus : Platycerium
Spesies : Platycerium bifurcatum (C.Chr)

Polypodiaceae merupakan salah satu suku anggota tumbuhan paku (Pteridophyta) yang tergolong sebagai bangsa paku sejati yang terbesar (Polypodiales). Tumbuhan paku ini merupakan tumbuhan epifit sejati, dengan akar melekat di batang pohon lain atau bebatuan. Batang berupa rimpang lunak namun liat dan sulit dipotong. Daun dengan dua tipe; tipe pertama selalu steril dan berbentuk perisai tegak, mengering pada kondisi kurang air, fungsinya mengumpulkan dedaunan kering dan penangkap air, sehingga kelembaban bagi rimpang terjaga; tipe kedua menjuntai dari "pusat" daun tipe pertama dengan bentuk menyerupai tanduk rusa (walaupun ada beberapa jenis yang tidak demikian), fungsinya sebagai pembawa spora yang terletak di sisi bawah daun, panjang daun yang menjuntai dapat mencapai satu meter atau lebih, tergantung jenisnya dan dapat memiliki daun fertil.




4. Athyrium esculentum
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Divisio : Pteridophyta
Classis : Pteridopsida
Sub classis : Polypoditae
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Athyrium
Spesies : Athyrium esculentum (Copel)

Athyrium esculentum (paku sayur) didistribusikan secara luas di Filipina. Hal ini ditemukan dari India ke Polinesia. Memiliki akar yang gemuk, liat akar yang sering berkumpul dapat dijual. Tangkai berwarna hijau dan agak halus, dengan panjang 20-50 cm. Pada daun 2 – 3 pinnate, 5-3 menyirip, dan panjangnya 50-80 cm. Yang pinnules berbentuk pisau pembedah dengan panjang 2-5 cm dan agak kasar bergerigi. Para sori yang dangkal, diatur di pasang di sisi pembuluh darah atau veinlets. Daun muda jauh lebih diinginkan dan dimakan di semua bagian baik mentah atau dimasak. Mereka digunakan sebagai sayuran, atau sebagai bahan minuman. Mereka adalah sumber kalsium yang adil, yang sangat baik sumber fosfor dan sumber yang baik dari besi serta mengandung vitamin B. Di Filipina daun muda digunakan dengan gula, karena baik untuk hemoptisis dan batuk biasa. Di Indonesia paku ini tersebar mulai dari Sumatera, Jawa, Sulawesi sampai ke Irian.






5. Pleocnemia sp.
Klasifikasi
Division : Polypodiophyta
Class : Polypodiopsida
Subclass : Polypididae
Order : Dryopteridales
Famili : Dryopteridaceae
Genus : Pleocnemia
Spesies : Pleocnemia sp.

Seperti pada umumnya tumbuhan ini merupakan tumbuhan darat (terrestrial) yang mudah ditemukan ditempat lembab-lembab, agak terlindungi ataupun juga pada batu-batuan. Daun Permukaan halus dan dasar daun kasar karena terdapar sori. Dan tepi daun bergerigi ke dalam. Termasuk daun majemuk berseling, karena letak daun pada satu tangkai berselang seling anatara satu dengan lainnya. Dan pada satu tangkai daun terdiri dari kurang lebih 40 helaian. Batang berupa rhizome, dan teksturnya kasar karena batang tereduksi menjadi rambut agak keras, terutama pada tulang daun tangkai daun abaxial. Berwarna coklat agak kemerahan.Akar yang tumbuh di bawah permukaan tanah, bersifat non fotosintesis, befungsi menyerap air dan nutrisi dari tanah. Akar-akar ini menyerabut dan strukturnya sangat kecil.
6. Tectaria jardini
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Filicopsida
Ordo : Polypodiales
Family : Dryopteridaceae
Genus : Tectaria
Spesies : Tectaria jardini (Mett)

Habitat dari Tectaria jardini adalah hidup di tanah sehingga disebut dengan paku tanah. Jenis paku ini banyak ditemukan di Sulawesi. Perawakan atau habitus pada spesies ini adalah herba dan agak berkayu. Jenis daunnya adalah mikrofil yaitu mempunyai tulang daun yang tunggal tak bercabang dari pangkal ke ujung. Bentuk daunnya lanset dengan ujung daun berlekuk, pangkal daun menempel dan tepi daun bergerigi. Bentuk batang pada spesies ini adalah bulat beralur, kaku dan berkayu. Warna batangnya adalah coklat kehitaman dan permukaannya terdapat ramenta yaitu bentukan seperti rambut atau sisik yang berwarna hitam, coklat kehitaman dan yang lainnya yang terdapat pada rimpang, atau sering pula pada tangkai daun, tulang dan urat daun. Akar Tectaria jardini berakar serabut yang bercabang-cabang secara dikotom. Ada juga rambut yang menutupi rimpang dan rizoid yang berfungsi sebagai akar.
7. Asplenium belangeri
Klasifikasi
Kingdom :Plantae
Divisi :Polypodiopsida
Sub kelas :Hymenophyllidae
Ordo :Aspidiales
Famili :Aspleniaceae
Genus :Asplenium
Spesies :Asplenium belangeri

Perawakannya kecil, rumpunnya agak banyak. Rimpangnya pendek dan tumbuhnya tegak. Tangkai daum bagians atas beralur. Kadang-kadang kadang-kadang terdapat bulu. Entalnya berwarna hijau yang panjangnya antara 15-30 cm. dan lebarnya 4-8 cm. terdapat 18-20 cm pasang daun yang letaknya mendatar. Helaian daun yang letaknya paling bawah ukurannya lebih besar. Semakin ke atas daun tersebut semakin mengecil. Ukuran yang besar mencapai 0.5-1 cm. helaian anak daun pertama bercabang dua. Daunnya agak berdaging dan warnanya agak hijau pucat. Sori terdapat dekat pangkal lekukan anak daun. Sori-sori itu bergeromboldan warnanya cokelat terang.

8. Marattia sp
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Polypodiophyta
Sub Divisi : Polypodiophytina
Class : Polypodiopsida
Sub Class : Marattiidae
Ordo : Marattiales
Family : Maratiaceae
Sub family : Marattioideae
Genus : Marattia
Species : Marattia sp

Bangsa Marattiales terdiri atas satu suku saja, yaitu Marattiaceae. Daun amat besar, menyirip ganda sampai beberapa kali. Sporangium pada sisi bawah daun, mempunyai dinding yang tebal, tidak mempunyai cincin (anulus), membuka dengan suatu celah atau liang. Dalam suatu sorus sporangium sering berlekatan menjadi sinangium (Citrosupomo,1991).
Marattia adalah genus neotropical sebagian besar dari delapan jenis, tetapi satu spesies (M. douglassii) terjadi di Hawaii. Mereka biasanya terjadi di daerah pegunungan di atas ketinggian 900 m, tetapi mereka mungkin terjadi pada elevasi yang lebih rendah di pulau-pulau (Christenhusz, 2007). Menurut Stiminand dan Larsen (1979), Marattia memiliki rhizome pendek, tegak; stipe gemuk, gembung pada bagian dasar; daunnya ganda; barik-barik yang tersebar; sori satu baris dekat garis tepi dari daun; sporangia melebur pada synangia. Menurut Sudarsono (2005), Marattia memiliki sporangium bertipe eusporangiatae,yaitu sporangium berasal dari satu seri sel-sel induk superficial. Kemudian sel-sel tersebut berkembang menjadi satu lapis sel atau lebih dan menghasilkan banyak sekali spora. Merupakan jenis paku heterospora. Merupakan paku kuno yang sudah ada sejak jaman Karbon. Paku ini lebih menyerupai paku sejati.
9. Bolbitis sp.
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Polypodiophyta
Sub Divisi : Polypodiophytina
Class : Polypodiopsida
Sub Class : Polypodiidae
Ordo : Blechnales
Family : Lomariopsidaceae
Sub family : Bolbitidaceae
Genus : Bolbitis
Species : Bolbitis sp.

Pada umumnya tumbuhan paku merupakan tumbuhan darat, yang banyak ditemukan di daerah atau tempat-tempat lembab, agak terlindung dan di batu-batuan. Bolbitis hanya dapat hidup (tumbuh) dari rhiozomanya saja, dan hidup pada lingkungan perairan, sungai, akuarium, dan sebagainya. Dan suhu yang baik untuk pertumbuhannya baiknya pada suhu 24 kl bisa juga pada suhu 22 kl, lebih bagus lagi. bolbitis hidup di sungai yg berelevasi tinggi, dan dapat dipastikan airnya dingin arus agak deras. Kondisi ini sangan disukai oleh Bolbitis sp pada umumnya.
Bolbitis jangan diletakkan pada kondisi dengan cahaya yang terlalu kuat, takutnya nanti daun Bolbitis menjadi agak kehitaman, selain itu bisa ditimbulkan juga oleh air yang agak basa atau alkali. Dan pada pertumbuhannya ini sebaiknya para pecinta tanaman tidak terlalu memacu pertumbuhan daunnya, misalnya dengan menambah pemberian nutrisi seperti hormon tumbuh (sitokinin, giberelin, dan sebagainya) secara berlebihan karena dengan penambahan nutrisi tersebut juga harus di pertimbangkan dengan komponen-komponen lain yang menunjang pertumbuhan suatu tanaman hias, misalnya saja seperti temperatur (suhu) 22-270 C, cahaya, kelembapan, pH 6 – 7,2 dan sebagainya.
10. Diplazium polypodioides
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Polypodiophyta
Sub Divisi : Polypodiophytina
Class : Polypodiopsida
Sub Class : Polypodiidae
Ordo : Blechnales
Family : Woodsiaceae
Genus : Diplaziopsis
Species : Diplazium polypodioides

Batangnya panjang. Ukuran daunnya panjang dan terlihat lebih besar disbanding jenis paku-pakuan yang lain. Akarnya tegak. Daunnya berwarna hijau, beralur, sisik mengkilap dengan pusat-pusat gelap. Tulang daun menyirip, kuncup bersisik kasar menuju puncak. Sorusnya bulat dan terletak antara pelepah dan margin.











E. Dicotyledonae
1. Cryptocarya
Klasifikasi
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Bangsa : Laurales
Suku : Lauraceae
Marga : Cryptocarya
Spesies : Cryptocarya nitens K & V.

Cryptocarya adalah genus dari hijau pohon milik keluarga Laurel, Lauraceae . Genus mencakup lebih dari 350 spesies, disalurkan melalui Neotropic , Afrotropic , Indomalaya , dan ecozones Australasia.
2. Lindera aggregata
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Phylum : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Laurales
Family : Lauraceae
Genus : Lindera
Spesies : Lindera aggregata (Sims) Kosterm. f. yfairii
(Hemsl.) (J. C. Liao 1988)

Lindera dibudidayakan untuk menarik dedaunan nya, aromatik, berbentuk bintang, pertengahan April bunga dan mencolok merah untuk buah hitam. kebiasaan Pertumbuhan adalah bulat dengan cabang tegak. Daun hijau terang yang bulat telur terbalik sampai 5 inci, balik kuning di musim gugur.

3. Kepoh
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiosperms
Subdivisi : Eudicots
Kelas : Rosids
Order : Malvales
Family : Malvaceae
Subfamily : Sterculioideae
Genus : Sterculia
Spesies : Sterculia l.

Kepoh adalah genus dari tanaman berbunga di mallow keluarga, Malvaceae . Hal sebelumnya ditempatkan di saat usang Sterculiaceae . [1] Anggota genus bahasa sehari-hari dikenal sebagai chestnut tropis Nama ilmiah diambil dari Sterculius dari mitologi Romawi , yang merupakan dewa pupuk, ini merujuk pada aroma tidak menyenangkan dari bunga genus ini (misalnya, Sterculia foetida ). Sterculia spesies digunakan sebagai tanaman pangan oleh larva dari beberapa Lepidoptera spesies termasuk daun-penambang xenaula Bucculatrix , yang feed secara eksklusif pada genus.
4. D. froticosum
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Order : Myrtales
Keluarga : Myrtaceae
Genus : Decaspermum
Spesies : D. froticosum
Sebuah semak atau pohon kecil, kadang-kadang mencapai 25 meter (80 kaki) tingginya dan diameter batang 45 cm (18 in). Batang sering miring, bengkok atau bergalur. spesimen yang lebih besar mungkin akan sedikit ditopang di pangkalan. Kulit kayunya kasar dan coklat, tapi dengan cahaya skala vertikal tipis. Cabang kecil ditutupi dengan rambut keperakan, yang kemudian menjadi berserat dan memiliki warna coklat merah.
5. Arytera littoralis
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiosperms
Subdivisi : Eudicots
Kelas : Rosids
Order : Sapindales
Family : Sapindaceae
Genus : Arytera
Species : A. littoralis
Binomial name : Arytera littoralis

Pohon, kecil, jarang semak, cemara, 3-10 m, jarang sampai 13 m tinggi Cabang silinder, striate, dibawah umur ketika muda, banyak lentisel, padat, putih kekuningan. Daun dengan tangkai daun 15-35 cm; selebaran 2 atau 3 (atau 4) pasangan, subopposite; petiolules kurang dari 1 cm; blade oblong-lanset untuk lanset-bulat telur, 8-18 × 2,5-7,5 cm, iris kasar, atau berbulu di axils vena, vena lateral 7-10 pasang, hampir naik ke marjin dan melengkung ke atas, menonjol abaxially, basis luas cuneate untuk hampir tumpul, puncak berpuncak runcing dan mucronate. kompak perbungaanlebih pendek dari daun, jarang lebih panjang dari daun, tomentose mengandung besi. Bunga harum. Pedicels 1-2 mm. Tangkai 1-2 mm. Sepals ca. Sepal ca. 1 mm, pilose. 1 mm, berbulu. Petals 5, Kelopak 5, hampir sepanjang kelopak; sisik vili3-4 mm. Benang sari sering 8; filamen tidak sama panjang, 3-4 mm. Ovarium diluruskan berbuluSubur schizocarps merah atau oranye, ellipsoid, 1-1,5 cm x 7-9 mm. Biji merah gelap, , fr. awal musim panas, fr. autumn. musim gugur.
Hutan primer dan sekunder. Guangdong, Guangxi, Hainan, Yunnan [India and SE Asia to Solomon Islands]. Guangdong, Guangxi, Hainan, Yunnan [India dan Asia Tenggara untuk Kepulauan Solomon]. Jenis ini digunakan untuk kayu tersebut.
6. Syzygium polycephaloides
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae
Genus : Syzygium Gaertn.
Spesies : Syzygium polycephaloides
Syzygium adalah nama marga tumbuhan berbunga, anggota suku Myrtaceae. Marga ini beranggotakan sekitar 500 spesies, menyebar luas di wilayah tropis dan ugahari (subtropis) Dunia Lama. Pada masa lalu marga ini kerap kali dimasukkan sebagai bagian dari marga Eugenia, akan tetapi penelitian yang dilakukan Schmid di awal tahun ‘70an menunjukkan bahwa kedua genera itu berlainan. Kebanyakan anggota marga Syzygium merupakan pohon, atau perdu yang selalu hijau, tidak menggugurkan daun. Kebanyakan gundul, sebagian spesies memiliki banir atau akar tunjang. Ranting-ranting membulat atau persegi, dengan buku-buku yang menggembung ataupun tidak, ruas-ruas kerap melenting.
Daun-daun terletak berhadapan, jarang tersebar atau berkarang. Tulang daun utama tenggelam atau beralur di sebelah atas, dengan 1-3 urat daun intramarginal sejajar tepi, dan bintik-bintik kelenjar halus di sebelah bawah. Bunga-bunga dalam jumlah banyak tersusun dalam karangan berbentuk malai, tandan atau payung tambahan, duduk atau bertangkai, berbilangan 4-5. Benang sari lepas-lepas, sering dalam jumlah banyak; bakal buah beruang 2, jarang 3-4.
Buah buni beraneka bentuk dan warna, berdaging seperti spons, seperti kulit atau kering, sering bermahkotakan tabung kelopak atau daun-daun kelopak yang menetap. Biji 1-2, jarang lebih. Banyak spesiesnya yang menghasilkan buah yang disukai orang, memiliki penampakan indah sebagai pohon hias, atau menghasilkan komoditas industri yang penting seperti cengkeh. Karena jenis-jenis anggotanya, marga ini pantas dinamakan sebagai marga jambu atau jambu-jambuan.
7. Ceiba pentandra
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Angiospermae
Sub kelas : Rosidae
Orde :Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Ceiba
Spesies : C. pentandra

Ceiba pentandra adalah pohon tdari oropis.order Malvales dan keluarga Malvaceae (sebelumnya terpisah dalam keluarga Bombacaceae ), berasal dari Meksiko , Amerika Tengah dan Karibia , bagian utara Amerika Selatan , dan (sebagai varietas C. pentandra var. guineensis) untuk barat tropis Afrika . Kapuk adalah nama yang digunakan paling umum untuk pohon dan mungkin juga merujuk pada serat yang diperoleh dari perusahaan polong biji .. Pohon ini juga dikenal sebagai Jawa kapas, Jawa kapuk, kapas Sutra atau Ceiba. Ini adalah simbol suci dalam mitologi Maya.
Pohon itu tumbuh untuk 60-70 m (200-230 ft) tinggi dan memiliki batang yang sangat besar sampai dengan 3 m (10) dengan diameter penopang. Batang dan banyak cabang-cabang yang lebih besar sering (tetapi tidak selalu) ramai dengan sangat besar, sederhana kuat duri . Para daun merupakan senyawa dari 5 sampai 9 selebaran, masing-masing sampai dengan 20 cm (8 tahun) dan kelapa sawit seperti. pohon dewasa menghasilkan beberapa ratus 15 cm (6 in) polong biji. Polong berisi biji dikelilingi oleh kekuningan, serat halus yang merupakan campuran dari lignin dan selulosa .
8. Harpullia sp.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Harpullia
Spesies : Harpullia sp

Harpullia adalah genus tanaman dari keluarga Sapindaceae. Mereka adalah 37 spesies pohon kecil yang indah atau pohon menengah dari India timur sampai pulau-pulau di Samudera Pasifik. Mereka biasanya ditemukan di pinggir hutan hujan.

9. Randu alas
Klasifikasi
Nama binomial Bombax ceiba L.

Randu alas (Bombax ceiba L.) adalah pohon yang dianggap suci oleh umat Hindu. Tumbuhan ini dapat berukuran sangat besar dan sering ditanam di dekat bangunan suci. Pada saat penemuan Candi Pawon, pohon ini diketahui tumbuh di reruntuhan bangunan.
10. Lepisanthes amoena

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Lepisanthes
Spesies : Lepisanthes amoena (Hassk.) Leenh.
Nama lain dari spesies ini adalah Buah Soboh atau Kayu Matahari. Buah soboh berasal dari Asia Tenggara. Tumbuhan ini tumbuh di Indonesia, Malaysia, Brunnei, dll.
















DAFTAR PUSTAKA

Corbet, G.B. and J.E. Hill, 1992, The Mammals of the Indomalayan Region: a systematic review. Nat. Hist. Mus. Publ. and Oxford Univ. Press.
Daftar Pustaka
http://alamendah.wordpress.com/2010/04/18/keanekaragaman-burung-rangkong-enggang-indonesia/
http://anakindonesia.webnode.com/news/keunikan-kasuari/
http://avibase.bsc-eoc.org/species.jsp?avibaseid=F97099E68FA644A0
http://bbksda-jabar.dephut.go.id/?q=node/23
http://fish.wikia.com/wiki/Chondrichthyes
http://griyawisata.com/index.php/2011052725104/papua-island/kasuari-burung-khas-papua-yang-berbahaya/menu-id-89.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Bangau
http://id.wikipedia.org/wiki/Burung_Namdur
http://id.wikipedia.org/wiki/Cica-daun_sayap-biru
http://indopedia.gunadarma.ac.id/content/88/5938/id/burung-kuau-besar-argusianus-argus-linne.html
http://junwarhp18biologi.blogspot.com/2011/04/osteichthyes.html
http://konservasi.unnes.ac.id/v2/berita-87-b001-bangau-sandanglawe.html
http://nepenthes-abeng.blogspot.com/2010/05/burung-namdur-si-designer.html
http://patungemas.blogspot.com/2011/02/namdur-burung-yang-paling-matre-dan_176.html
http://rangkongs.co.cc/
http://richmountain.wordpress.com/fauna/burung-cica-daun-sayap-biru/
http://www. Scribd.com/doc/47710338/klasifikasi-mamalia.
http://www.baligreen.org/mengenal-kakatua.html
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=559225
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=554425
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=177815
http://www.itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=176111
http://www.sms.si.edu/irlspec/cl_osteic.htm
http://www.thecanadianencyclopedia.com/index.cfm?PgNm=TCE&Params=A1ARTA0002825
http://www.woodbridge.tased.edu.au/mdc/Species%20Register/class_chondrichthyes.htm
www.tabloidhunianku.com
^ (Inggris)National Geographic
Payne, J., C.M. Francis, K. Phillipps, dan S.N. Kartikasari. 2000. Panduan Lapangan Mamalia di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. The Sabah Society, Wildlife Conservation Society-Indonesia Programme dan WWF Malaysia. ISBN 979-95964-0-8
Steppan, S.J. B.L. Storz, and R. S. Hoffmann. 2004. Nuclear DNA phylogeny of the squirrels (Mammalia: Rodentia) and the evolution of arboreality from c-myc and RAG1. Molecular Phylogenetics and Evolution, 30:703-719.
Thorington, R. W. and R. S. Hoffmann. 2005. Family Sciuridae. Pp 754-818 in Mammal Species of the World, A Taxonomic and Geographic Reference. John Hopkins University Press, Baltimore. • ^ Groves, Colin (16 September 2005). Wilson, D. E., dan Reeder, D. M. (eds). ed. Mammal Species of the World (edisi ke-edisi ketiga). Johns Hopkins University Press. hlm. 183-184. ISBN 0-801-88221-4.